Driau.com -Cerita Rakyat dari Sumatera Barat - Gadih Ranti
https://blog.danabijak.com |
Negeri Tilatan Kamang terbentang di dataran tinggi Agam sebelah utara. Di negeri itu dikenal seorang putri bernama Gadih Ranti. Gadih Ranti mempunya seorang adik laki-laki bernama Sutan Bajabatan. Gadih Ranti adalah gadis yang sangat cantik, halus dalam bertutur kata dan sopan dalam beringkah laku. Ia juga pandai memasak dan menenun. Banyak pemuda menaruh hati padanya.
Adapun Sutan Bajabatan seorang pemuda yang gagah perkasa dan ramah dalam bersikap. Kedua kakak beradik ini selalu hidup rukun. Kemana pun Gadih Ranti pergi, Sutan Bajabatan selalu mendampinginya. Hal ini menyebabkan banyak pemuda yang iri akan keakraban mereka berdua. Bahkan ada pula yang berniat jahat dengan menyebarkan fitnah kepada mereka.
Pada suatu hari, keduanya diusir dari Negeri Tilatan Kamang karena fitnah bahwa keduanya mencuri dan berbohong. Kedua kaka beradik ini kemudian pergi meninggalkan negerinya tanpa tujuan yang pasti. Mereka berdua hanya berserah diri kepada Tuhan.
Berhari-hari mereka berjalan menyusuri Bukit Barisan dan beristirahat jika malam tiba. Sesampainya di suatu tempat bernama Bonjol, mereka sepakat untuk berpisah. Gadih Ranti mengambil jalan ke kanan dan Sutan Bajabatan mengambil jalan ke kiri.
Tibalah Gadih di Negeri Kampung Dalam. Di sebuah mata air, Gadih bertemu dengan seorang nenek tua. Namanya Mande Rubiah. Ia hidup sendirian. Suami dan anaknya telah lama meninggal dunia. Maka Gadih tinggal bersama Mande Rubiah. Selama tinggal bersama mande Rubiah, Gadih menunjukkan sikap yang rendah hati dan sopan. Ia juga meringankan beban Mande Rubiah dengan menenun kain sutera. Tenun sutera itu kemudian dijual Mande Rubiah ke pasar.
Cerita Rakyat dari Sumatera Barat - Gadih Ranti
Suatu ketika Raja Muda penguasa negeri itu tertarik dengan kain sutera dagangan Mande Rubiah. Rajapun bertanya siapa penenunnya. Mande Rubiah mengaku dirinyalah penenunnya. Mendengar jawaban Mande, Raja Muda tidak percaya. Dilihat dari tenunan yang rapi dn paduan warnanya yang indah pastilah itu hasil karya seroang gadis.
Karena tidak percaya, Raja Muda kemudian menyuruh pengawalnya untuk diam-diam mengikuti Mande Rubiah pulang. Menurut laporan pengawal itu, ternyata di rumah Mande Rubiah tinggal seorang gadis yang cantik jelita.
Raja muda kemudian bersiasat agar Mande Rubiah ditangkap dengan alasan telah berbohong kepada raja. Sebenarnya hal itu dilakukan agar Mande Rubiah mau berterus terang mengenai gadis yang tinggal bersamanya. Setelah didesak dan diancam akan dipenjara. Mande Rubiah kemudian mengaku bahwa yang menenun kain sutera itu adalah cucunya. Raja Muda segera menyuruh pengawal untuk menjemput Gadih Ranti. Jika ia tidak datang maka Mande Rubiah akan dipenjarakan.
Gadih Ranti tidak tega membiarkan neneknya dipenjara. Oleh karena itu ia memohon kepada Raja Muda agar membebaskan neneknya. Gadih Ranti juga mengaku bahwa selama in dirinyalah yang menenun kain sutera tersebut. Raja Muda sangat senang mendengarnya. Raja kemudian meminang Gadih Ranti untuk menjadi permaisurinya. Gadih Ranti menerima pinangan dengan syarat Mande Rubiah ikut bersamanya.
Akhirnya Gadih Ranti dinikahi oleh Raja Muda. Pesta digelar dengan meriah selama tujuh hari tujuh malam. Keduanya tampak bahagia. Setelah beberapa tahun tinggal bersama suaminya, timbul keinginan Gadih Ranti untuk menjenguk keluarganya. Ia pun meminta izin suaminya untuk pulang kekampung halamannya. Raja Muda mengabulkan permohonan istrinya dan bersedia menemaninya sampai ke rumahnya. Dengan diiringi beberapa pengawal pilihan mereka pun berangkat menuju ke Negeri Tilatan Kamang.
Di tengah perjalanan, mereka dihadang sekawanan perampok. Beberapa di antaranya adalah orang-orang yang dahulu memfitnah Gadih Ranti dan Sutan Bajabatan. Raja Muda segera memerintahkan para pengwalnya untuk menangkap perampok itu. Maka pertempuran kecil pun terjadi. Karena Raja Muda dan para pengawal adalah pendekar yang tangguh tak lama kemudain para perampok itu dapat dikalahkan. Kawanan perampok itu memohon ampun kepada Raja Muda agar nyawanya diselamatkan. Orang-orang yang dahulu memfinah Gadih Ranti juga berjanji akan mengaku bahwa merekalah yang telah memfitnahnya. Sekawanan perampok itu akhirnya ikut rombongan Gadih Ranti.
Sesampainya di Tilatan Kamang, rombongan itu segera penghadap penghulu adat mereka. Awalnya Gadih Ranti ditolak oleh masyarakat karena aib yang ia bawa. Namun para perampok yang memfitnahnya segera menjelaska perkaranya. Semua yang hadir di situ tertegun mendengar pengakuan mereka. Mereka pun merasa bersalah telah mengusir Gadih Ranti. dan Sutan Bajabatan dari negerinya. Para perampok itu dipenjarakan.
Keesokan harinya diadakan pesta penyambutan Gadih Ranti dan rombongannya. Beberapa hari kemudian Sutan Bajabatan pulang dari perantauan. Ia membawa serta istri dan anaknya. Melihat adiknya pulang, Gadih Ranti langsung berlari memeluknaya. Tak disangka-sangka ia masih dapat bertemu adiknya. kerinduan akan kampung halaman telah mempertemukan dua bersaudara itu. Keduanya berbahagia karena berkumpul kembali Selanjutnya mereka sepakat bersama para tetua kampung untuk membuat dan meluruskan aturan-atuaran adat yang selama ini tidak dilaksanakan dengan baik dan benar.
Demikianlah kisah cerita rakyat dari Sumatera Barat - Gadih Ranti. Dari sini kita bisa mendapat pelajaran bahwa orang yang teraniaya senantiasa di tolong oleh sang Pencipta. Dan kejujuran pasti akan membuahkan hasil. Maka bersabarlah.
Sumber: 366 Cerita Rakyat Nusantara
Sumber: 366 Cerita Rakyat Nusantara