Driau.com - Menyaksikan gelombang besar di air laut sudah menjadi hal biasa, tetapi bono sebuah peristiwa langka dimana gelombang besar terjadi di air tawar, itulah yang disebut sebagai bono yang dikenal masyarakat Riau. Bono Sungai Kampar dikenal sebagai bono dunia yang kedahsyatannya melebihi bono yang ada di Sungai Amazone, Amerika. Sehingga tak heran jika bono Sungai Kampar saat ini menjadi salah satu icon wisata Riau, dan Kabupaten Pelalawan secara khusus.
Sejarah Bono di Riau
Sejarah Bono telah ada semenjak zaman Kerajaan Pelalawan di Provinsi Riau. Kapal kerajaan yang diutus untuk menjemput puteri kerajaan tenggelam akibat adanya gelombang bono yang dahsyat di area Sungai Kampar. Setelah itu bono menjadi sesuatu yang menakutkan bagi penduduk desa Teluk Meranti, area muara Sungai Kampar.
Bono dikaitkan dengan mistis yang menyebutkan bahwa bono menyerupai hantu yang ada di air. Cerita-cerita mistis tersebut juga menyebutkan, bono terdiri dari jenis kelamin, yakni bono jantan yang mendiami Sungai Kampar, dan bono betina yang mendiami Sungai Rokan. Apabila musim pasang surut, masyarakat percaya bahwa bono jantan sedang bertandang ke Sungai Rokan untuk mengunjungi bono betina. Dan jika kondisi pasang telah tiba, bono jantan akan kembali lagi ke Sungai Kampar.
Pada zaman kerajaan melayu berdiri, gelombang bono juga dijadikan sebagai sarana adu ketangkasan para pendekar melayu kala itu. Siapa yang sanggup mengalahkan gelombang bono, maka ia akan mendapat penghormatan yang tinggi dan digelari sebagai pendekar.
Proses Terjadinya Gelombang Bono
Secara ilmiah, bono adalah gelombang yang terjadi akibat adanya pertemuan arus air tawar dan air laut yang menimbulkan suatu bunyi dan gelombang air yang besar. Proses terjadinya bono diawali dengan adanya suara desingan air yang cukup keras dari arah hilir sungai menuju bagian hulu. Air bergemuruh tersebut datang sebagai bentuk gelombang besar dengan kecepatan mencapai 40km/jam. Gelombang ini bisa menjangkau bagian hulu hingga berkilo-kilo meter jaraknya, bahkan bisa mencapai sejauh 60 km. Gelombang biasanya akan berakhir di daerah Tanjung Pungai.
Jumlah gelombang yang datang itu bisa cukup banyak jumlahnya, yakni sekitar 7 hingga 9 gelombang. Bisa terjadi di bagian tepian maupun tengah sungai. Gelombang yang paling besar biasanya akan terjadi di musim penghujan pada saat debit air naik. Diperkirakan hal itu terjadi pada bulan November dan Desember setiap tahunnya. Air pasang dari laut yang besar bertemu dengan air naik di Sungai Kampar sehingga menyebabkan terjadinya benturan gelombang yang besar, dan itulah yang dinamakan sebagai gelombang bono atau bono wave.
Ombak Bono biasanya terjadi pada muara sungai yang kondisnya berbentuk lebar dan dangkal kemudian menyempit pada bagian dalam sungai. Bentuk muara sungai yang menguncup itu biasanya menyerupai huruf "V" atau corong. Kemudian akan didukung lagi dengan kondisi sungai yang dangkal akibat adanya erosi alami. Adanya pertemuan dua arus yakni arus sungai dan arus laut di lokasi inilah yang akan menyebabkan Bono Wave terjadi.
Jadwal Terjadinya Gelombang Bono
Bono biasanya terjadi disetiap tanggal 10-20 bulan Melayu tahun Arab. ATAU yang biasa disebut sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya gelombang Bono yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab. Gelombang yang terjadi biasanya berwarna putih dan coklat mengikut warna air dari Kuala Kampar. Selain itu, bono juga akan terjadi pada setiap "bulan mati" yakni akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) dari Tahun Arab. Bono terbesar terjadi ketika musim penghujan, yakni dimana debit air Sungai Kampar naik yaitu sekitar bulan November dan Desember tahun masehi. Bono akan mulai terbentuk dan membesar di bagian kanan kiri Pulau Muda, sebagai akibat dari penyempitan alur sungai yang disebabkan adanya pulau (P. Muda) di tengah-tengah alur sungai.
Baca selengkapnya Jadwal Terjadinya Ombak Bono Sungai Kampar 2018-2019
Cara Mengunjungi Wisata Bono Sungai Kampar
Wisata bono Sungai Kampar terletak di Perairan Kuala Kampar, Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau, Indonesia. Akses menuju ke lokasi ini tidak lah mudah, belum ada jalur darat yang bisa menjangkau ke lokasi. Satu-satunya cara adalah melalui jalur perairan.
Jalur darat yang ditempuh yakni dari Kota Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci (Ibukota Kabupaten Pelalawan) dengan jarak sekitar 70 km. Setelah itu, dari Pangkalan Kerinci, wisatawan bisa menyewa kapal cepat (speed boat) menuju Desa Pulau Muda. Kisaran waktu perjalanannya kira-kira 5 jam. Dari Desa Pulau Muda tersebut wisatawan dapat menyaksikan fenomena alam gelombang Bono.