Cerita rakyat dari Sulawesi Barat – Indonesia memiliki ragam budaya dan cerita rakyat dari berbagai daerah, salah satunya adalah cerita rakyat dari Sulawesi Barat yang berjudul I Karake’lette. Dilihat dari judul cerita jelas menggambarkan bahwa cerita ini merupakan cerita rakyat yang benar-benar berasal dari daerah Sulawesi Barat. Ada banyak cerita rakyat Indonesia yang beragam dan kesemuanya itu semakin mengayakan negeri kita dan dapat dijadikan cerita turun temurun sampai ke anak cucu. Berikut ini adalah cerita rakyat dari Sulawesi Barat yang berjudul I Karake’lette.
Dahulu kala kerajaan Balanipa, Mandar, Sulawesi Barat tengah dilanda petaka. Bala tentara kerajaan Gowa menyerang dengan jumlah pasukan yang besar. Sementara Balanipa hanya memiliki sedikit pasukan perang mengingat Balanipa hanyalah kerajaan kecil yang selama ini hidup dengan damai, tanpa ada peperangan. Setelah melalui berbagai musyawarah, diputuskanlah untuk diadakan sayembara agar para pemuda bersedia menjadi prajurit. Kelak jika kemenangan sudah di tangan, mereka akan mendapatkan hadiah yang tidak sedikit jumlahnya. Pengumuman segera disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Semua pemuda di wilayah Balanipa ikut ambil bagian. Tak hanya tertarik pada hadiah yang dijanjikan, mereka juga tergerak untuk membela tanah airnya dari serangan musuh.
Di suatu kampung, di lereng gunung, tinggallah seorang laki-laki setengah baya yang cacat kakinya sehingga tidak bisa berjalan. Dia juga ingin mengikuti sayembara itu. Para pemuda di sekitarnya tertawa mengejek. Mereka mengatakan bahwa tidak mungkin lelaki tua itu mengikuti sayembara, mengingat sayembara itu hanya untuk para tobarani (pemberani). Bukan untuk lelaki tua yang cacat kedua kakinya. Mendengar ejekan tersebut lelaki tua itu diam saja. sepertinya, dia tak mungkin mengikuti sayembara itu. Apalagi ikut pasukan perang melawan kerajaan Gowa. Ketika dia menyampaikan niatnya untuk mendaftarkan diri kepada punggawa Balanipa, jawaban yang sama pun dia terima. Punggawa kerajaan juga mengejeknya dan menyuruh dia kembali ke rumah karena nanti malah akan merepotkan pasukan yang lainnya. Akhirnya lelaki tua itupun pulang dan tidak jadi mengikuti sayembara tersebut.
Sayembara pun digelar. Dipilihlah pemuda-pemuda yang kuat, tangkas dan gagah berani untuk bergabung dengan pasukan Balanipa. Mreka diatih dengan berbagai keterampilan pedang dan strategi perang. Setelah persiapan secukupnya, mereka segera akan diberangkatkan ke medan perang. Dengan menggunakan bermacam-macam senjata, seperti tombak, pedang dan panah. Mereka berangkat ke Teluk Mandar tempat bala tentara Kerajaan Gowa akan mendarat.
Akhirnya hari itu tiba. Tampak pasukan Kerajaan Gowa datang dari laut hendak merapat ke dermaga pelabuhan Mandar. Pasukan Balanipa segera bersiap. Ketika pasukan Kerajaan Gowa mulai turun dari kapal, serentak pasukan Balanipa menyerang. Terjadilah pertempuran sengit. Mereka saling serang dengan senjata andalannya. Pasukan Balanipa bertempur dengan gagah berani. Keinginan membela tanah airnya dari serangan musuh semikian kuat. Deikian juga pasukan dari Gowa yang dipimpin sendiri oleh Raja Gowa. Mereka begitu berhasrat untuk menguasai kerajaan Balanipa.
Oleh karena jumah pasukan yang jauh lebih banyak, lebih kuat, dan lebih terlatih, pasukan Kerajaan Gowa mulai menguasai keadaan. Prajurit dari Balanipa mulai kocar-kacir. Banyak pemuda-pemuda yang gugur mempertahankan tanah airnya. Pada akhirnya, Panglima Perang Kerajaan Balanipa memutuskan untuk mundur ke Kota Raja, lalu melapor ke Raja Balanipa, kemudian menyusun strategi berikutnya. Sementara itu, Raja Gowa sangat senang karena telah memeperoleh kemenangan di Teluk Mandar. Untuk sementara dia memutuskan beristirahat dulu sebelum menyerang kota Raja Balanipa.
Raja Balanipa yang mendengar laporan panglima perangnya sangat gusar. Pasukannya telah kalah dan begitu banyak pemuda yang gugur di medan perang. Sementara itu tak banyak lagi pemuda yang bisa diandalkan untuk berperang. Bagaimana caranya utnuk dapat mengalahkan pasukan kerajaan Goawa yang begitu kuat? Bagaimanapun, dia takkan menyerah. Lebih baik mati daripada menyerahkan tanah Mandar ke orang Gowa. Pada saat genting itu muncullah lelaki dengan cacat kaki menghadap Raja Balanipa.
Di hadapan raja, lelaki tersebut mengenalkan dirinya dengan nama I Karake’lette dan bermaksud ingin ikut berperang melawan Raja Gowa. Raja yang mendengar, tertawa terbahak-bahak. Bagaimana mungkin oran gcacat seperti itu dapat berperang melawan musuh yang begitu kuat. Namun I karake’lette kelihata bersungguh-sunggu ingin membantu raja Balanipa. Tak tampak keraguan di wajahnya. Raja lalu menanyakan apa yang di inginkan lelaki tersebut jika ia menang melawan Raja Gowa. I karake’lette tidak meminta apapun, dia hanya ingin menunjukkan bakti dan cintanya kepada tanah Balanipa.
Akhirnya Raja Balanipa setuju. Berangkatlah I Karake’lette ke Teluk Mandar. Sesampainya di sana, dia menyelinap masuk ke atas kapal yang ditumpangi oleh Raja Gowa yang tengah berpesta pora. Dia segera mendekat ke singgasana Raja Gowa. Raja Gowa dan pengawalnya terkejut melihat kehadiran I Karake’lette. Di hadapan Raja Gowa I Karake’lette menantangnya untuk bertanding. Jika Raja Gowa menang, maka dia dapat mengambil seluruh isi kerajaan Balanipa. Namun, jika tidak, Raja Gowa harus segera angkat kaki dari wilayah Balanipa dan tidak boleh kembali lagi ke tanah Balanipa.
Raja Gowa sangat marah mendengar tantangan tersebut. Namun dia tidak menolak tantangan itu. Di pikirnya lelaki cacat itu tak mungkin memenangkan pertarungan apapun melawannya. I Karake’lette segera mengeluarkan dua buah jeruk nipis dan sebilah keris dari sakunya. Jika Raja Gowa dapat membelah dua jeruk nipis yang di lemparkan I Karake’lette maka raja Gowa yang menjadi pemenang. Namun, jika I Karake’lette yang berhasil membelah dua jeruk tersebut maka dirinyalah yang menjadi pemenang. Raja Gowa setuju dengan aturan main pertarungan itu.
Seketika i Karake’lette melemparkan jeruk nipis itu dan disambut ayunan keris Raja Gowa. Namun sayang, sabetan keris meleset, tidak mengenai jeruk nipis itu sama sekali. sebaliknya lemparan jeruk nipis dari Raja Gowa bisa ditebas oleh I Karake’lette dan terbeah jadi dua. Raja Gowa tahu dia telah kalah. Pertarungan tadi telah dimenangkan oleh I Karake’lette. Raja Gowa sangat marah, dia ingkar janji, lalu menyerang I Karake’lette. I Karake’lette menghindar dengan gesit. Dia berbalik menyerang sehingga
Raja Gowa tertusuk oleh keris I Karake’lette dan tewas seketika.
I Karake’lette segera keluar kapal dan kembali ke Kota Raja Balanipa. Sementara itu, pasukan Kerajaan Gowa yang kehilangan rajanya ketakuan dan segera angkat kaki dari Teluk Mandar. Sesampainya di kota I Karake’lette disambut meriah oleh rakyat Kerajaan Balanipa dan rajanya. Mereka berterima kasih karena telah diselamatkan oleh I Karake’lette, seorang lelaki cacat kaki yang ternyata punya kesaktian yang tidak terduga. Sebagai hadiah Raja Balanipa mengangkat I Karake’lette menjadi punggawa kerajaan dan memberikan sebidang tanah yang luas untuk I Karake’lette dan anak cucunya.