Cerita rakyat dari Kepulauan Riau – Putri Pandan Berduri adalah salah satu cerita rakyat nusantara yang berasal dari Kepulauan Riau. Cerita rakyat ini mengajarkan pada kebaikan budi dan bekerja keras walaupun sudah hidup berkecukupan. Putri Pandan Berduri adalah cerita rakyat yang memberi teladan bagi manusia saat ini.
Cerita rakyat dari Kepulauan Riau Putri Pandan Berduri
Dahulu kala di Kepulauan Riau hiduplah seorang Batin dari sekumpulan suku laut di Pulau Bintan. Batin tersebut bernama Batin Lagoi. Suatu hari Batin Lagoi sedang berjalan-jalan di pantai yang ditumbuhi semak-semak pandan yang lebat. Tengah asik berjalan tiba-tiba Batin Lagoi mendengar suara tangisan dari semak pandan yang lebat itu. Batin Lagoi segera mencari asal suara tersebut, lalu terkejutlah dia ketika melihat seorang bayi perempuan yang tergeletak di tengah semak pandan sambil menangis. Batin Lagoi merasa iba dan segera membawa pulang bayi tersebut. Bayi perempuan yang cantik itu kemudian diberi nama Puteri Pandan Berduri.
Batin Lagoi sangat menyayangi Puteri Pandan Berduri dan merawatnya bak puteri raja. Segala keingan puteri di turuti oleh Batin Lagoi. Banyak inang di sekeliling puteri yang siap melayani semua kebutuhan Puteri Pandan Berduri. Akan tetapi Puteri Pandan Berduri bukanlah orang yang sombong. Justru dia adalah puteri yang halus tutur bahasanya, lembah lembut serta baik budi pekertinya. Batin Lagoi semakin menyayangi sang puteri.
Pada suatu hari Puteri Pandan Berduri sedang berjalan-jalan ke tengah kampung dan bertemu dengan seorang nenek yang membawa kayu bakar. Nenek tersebut kelihatan tua renta dan kepayahan membawa kayu bakar yang jumlahnya banyak sekali. Puteri Pandan Berduri lalu mendekati si nenek dan menanyakan kenapa nenek tersebut masih membawa kayu bakar padahal usianya sudah tua. Nenek tua itu lalu menjawab bahwa dia tinggal sebatang kara sehingga tidak ada yang menolongnya. Lalu Puteri Pandan bertanya kembali kenapa nenek tersebut tidak meminta orang lain untuk membawa kayu bakar itu. Mendengar pertanyaan puteri, nenek tersebut tersenyum dan berkata bahwa dia masih kuat dan tidak mau menggantungkan hidupnya pada siapapun. Dia harus bekerja keras setiap hari walau kebutuhannya sudah cukup. Harta yang melimpah akan habis suatu hari nanti jika kita tidak terus mencari nafkah dan hanya duduk diam saja.
Jawaban nenek itu telah menggerakkan hari Puteri Pandan Berduri tentang sebuah arti hidup dan kerja keras untuk tetap bertahan hidup. Sesampainya di rumah Puteri Pandan meminta ijin pada Batin Lagoi untuk meninggalkan rumah sementara waktu. Puteri Pandan Berduri ingin belajar dari nenek tua yang telah ditemuinya beberapa waktu lalu. Mendengar permintaan puterinya, Batin Lagoi merasa keberatan sebab mengkhawatirkan keselamatan sang puteri. Namun Puteri Pandan Berduri tetap bersikukuh untuk pergi dari rumah dan belajar kepada di si nenek.
Akhirnya Batin Lagoi menyetujui permintaan puterinya. Puteri Pandan Berduri segera pergi dari rumah. Dia hanya membawa beberapa pakaian sederhana sebagai bekal ganti dan tidak ada seorang inang pun yang ikut bersamanya. Si nenek terkejut mendengar permintaan Puteri Pandan Berduri yang ingin tinggal bersamanya. Namun si nenek tidak mencegah dan akhirnya tinggallah Puteri Pandan Berduri di rumah nenek tersebut. Hari demi hari Puteri Pandan Berduri menolong pekerjaan si nenek, mulai dari mencari kayu di hutan untuk kemudian dijual di pasar, menanak nasi, membersihkan rumah dan halaman, mencuci baju sendiri dan lain sebagainya. Puteri Pandan Berduri merasa senang dengan pekerjaannya walaupun dia terlihat sangat lelah.
Setelah beberapa lama tinggal di rumah si nenek, Puteri Pandan Berduri pulang kembali ke rumahnya dengan bekal ilmu yang di dapat selama tinggal bersama si nenek. Puteri Pandan Berduri menjadi seorang puteri yang bijaksana, semakin baik budi pekertinya dan membantu ayahnya mencari nafkah. Selama ini Puteri Pandan Berduri tidak mengerti cara mencari nafkah namun kini dia faham bahwa harus bekerja keras walaupun sudah hidup berkecukupan. Kelembutan Puteri Pandan Berduri ternyata telah memikat hati seorang pemuda bernama Jenang Perkasa. Pemuda yang memiliki budi pekerti yang baik itu kemudian mendatangi Batin Lagoi dan bermaksud untuk meminang Puteri Pandan Berduri untuk menjadi istrinya. Akhirnya merekapun menikah dan hidup bahagia. Pasangan suami istri ini menggantikan Batin Lagoi yang sudah mangkat dan melahirkan keturunan yang menjadi cikal bakal penduduk Pulau Bintan.
Cerita Rakyat Melayu ini menceritakan tentang Batin Lagoi yang menemukannya Puteri Pandan Berduri dan keinginan putri untuk belajar kepada seorang nenek sederhana.