foto: okezone
Diet keto menjadi salah satu diet yang paling digemari banyak orang saat ini. Diet keto dilakukan dengan proses pengaturan pola makan dengan komposisi karbohidrat yang jumlahnya lebih sedikit dan lemak yang banyak dan mendominasi.
Mereka yang memiliki berat badan berlebih umumnya nampak berubah berat badannya menjadi lebih kurus dan langsing.
Namun, apakah cara ini cukup aman untuk dijadikan sebagai cara diet dalam jangka panjang?
Fiastuti Witjaksono, seorang dokter spesialis gizi klinik dari RSCM menjelaskan tentang diet keto yang seharusnya.
Fiastuti menjelaskan, diet keto sebenarnya diperuntukkan bagi penderita epilepsi guna mengurangi kejang yang terjadi.
“Tujuan diet keto bagi penderita epilepsi supaya kejangnya berkurang.” Ujar Fiastuti, pada peringatan Hari Buah Sedunia bersama pihak Kementerian Kesehatan RI di RPTRA Teratai.
Penerapan diet ini pada penderita epilepsi pun hanya dilakukan sementara, setelah kejang berkurang, pola makan dikembalikan seperti biasa.
Fiastuti menjelaskan, diet keto tidak disarankan untuk orang-orang sehat, hal ini disebabkan karena komposisi makanan pada diet keto tidak sesuai dengan kebutuhan gizi orang-orang sehat.
"(Diet keto) tidak dilakukan untuk orang sehat. Porsi makan orang sehat itu sesuai anjuran Kemenkes, Piring Makanku," jelas Fiastuti.
Mengapa orang sehat tak dianjurkan melakukan diet keto? Salah satunya karena pada diet ini akan terjadi asupan lemak yang sangat tinggi.
Kelebihan lemak akan membuat perut mual, menimbulkan konstipasi dan peningkatan kadar gula. Konsumsi serat dari sayur dan buah akan berkurang, sehingga berpengaruh pada asupan mineral dan serat yang dibutuhkan tubuh.
Lalu bagaimana cara diet yang ideal?
Fiastuti menjelaskan, selain mengatur pola makan, cara diet yang dianjurkan adalah dengan memperbanyak puasa. Dengan berpuasa akan mengurangi asupan makanan berlebih ke dalam tubuh. Puasa yang dianjurkan adalah puasa dalam waktu yang normal sesuai syariat, sekitar 14 jam.