Cerita rakyat dari Sumatera Selatan – propinsi Sumatera Selatan yang memiliki ibukota bernama Palembang ini ternyata memiliki cerita rakyat yang cukup terkenal dan merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang banyak dikisahkan dalam buku-buku pelajaran khususnya sejarah Indonesia. Oleh karena itu marilah kita simak cerita rakyat dari Sumatera Selatan yang berjudul Putri Bongsu Alang.
Di daerah Sumatera Selatan tepatnya di tepi Sungai Bilah hiduplah seorang putri yang cantik bernama Bongsu Alang. Kecantikan putri Bongsu Alang semakin bersinar dengan kepribadiannya yang mulia sehingga semua orang menyayanginya. Kecantikan putri ini tersiar hingga ke mana-mana dan sampai ke telinga Raja Nulong. Kemudian raja Nulong mengutus seorang patih untuk datang menemui Putri Bongsu Alang. Kedatangan patih bermaksud untuk menyampaikan pesan Raja Nulong yang ingin mengambilnya sebagai permaisuri.
Putri Bongsu Alang mengajukan sebuah syarat yaitu Raja Nulong harus dapat memetik tujuh buah jeruk purut dan dipetik dengan menggunakan kaki. meskipun sulit namun Raja Nulong sudah bertekad untuk menjadikan Putri Bongsu Alang sebagai istrinya. Setelah beberapa hari akhirnya Raja Nulong berhasil memetik tujuh buah jeruk purut dengan menggunakan kaki. jeruk purut itu lalu diletakkan di dalam ruas bambu dan diberikan kepada Putri Bongsu Alang. Sang putri merasa senang dan menerima pinangan raja Nulong. Akhirnya pernikahan pun dilangsungkan dan putri Bongsu Alang diboyong ke istana untuk menjadi permaisuri.
Walaupun telah tinggal di istana namun permaisuri tidak menjadi sombong, dia malah sangat berbaik hati kepada semua rakyat. Kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah istana dan masyarakat membuat rakyat mencintai Permaisuri Bongsu Alang. Rakyat hidup dengan makmur dan sejahtera. Di dalam istana Permaisuri memiliki seorang dayang yang di percaya mengurusi semua keperluannya nama dayang tersebut adalah Jebak Jabir. Dayang ini merasa iri kepada Permaisuri dan bermaksud ingin mencelakakannya.
Pada suatu hari Permaisuri Bongsu Alang mengajak Dayang Jebak Jabir untuk mandi di sungai. Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Jebak Jabir. Ketika sedang asyik bermain air, Jebak Jabir mengajak Permaisuri Bongsu Alang untuk mandi di tempat yang lebih dalam. Jebak Jabir berjanji akan menjaga permaisuri. Tanpa berprasangka apa-apa permaisuri pun mandi ke tempat yang lebih dalam, ketika itulah Jebak Jabir mendorong permaisuri hingga tenggelam. Permaisuri yang tidak bisa berenang merasa ketakutan dan akhirnya tenggelam. Jebak Jabir lalu memakai pakaian permaisuri dan pulang ke istana dan berpura-pura menjadi permaisuri Bongsu Alang.
Perawakan Jebak Jabir memang sangat mirip dengan Permaisuri, wajah dan bentuk tubuhnya sangat mirip seperti kembar adanya. Hanya saja Jebak Jabir memiliki kulit yang lebih hitam dari Permaisuri. Hal ini tidak menimbulkan kecurigaan Raja Nulong. Ketika Jebak Jabir pulang ke istana dia berpura-pura menangis dan mengatakan kalau Jebak Jabir tenggelam di sungai. Raja Nulong yang tidak mengetahui hal ini berusaha menghibur permaisuri palsu. Lalu tinggallah Jebak Jabir di istana sebagai permaisuri dan tidak ada yang curiga terhadapnya.
Hingga pada suatu hari Raja Nulong berjalan-jalan di tepi sungai, ketika itu Raja Nulong menemukan bambu yang berisi jeruk purut pemberiannya kepada Permaisuri Bongsu Alang ketika ingin meminangnya dahulu. Raja Nulong merasa sedih karena menganggap bahwa permaisuri telah melupakan pemberian itu. Pada ketika itulah terdengar angin berbisik dan membunyikan suara seorang wanita. Suara tersebut memberitahu kepada Raja Nulong bahwa Jebak Jabir adalah permaisuri palsu. Suara itu tidak lain adalah suara Permaisuri Bongsu Alang yang telah berubah menjadi sebatang pohon rindang di tepi sungai.
Mendengar bisikan angin tersebut Raja Nulong sadar kalau dia telah ditipu. Kemudian raja Nulong segera pulang ke istana dan menemui Jebak Jabir. Mengetahui kalau penyamarannya telah di ketahui raja, Jebak Jabir menggigil ketakutan dan menceritakan kejadian sebenarnya. Mendengar cerita itu raja Nulong marah dan memerintahkan bawahannya untuk menangkap Jebak Jabir dan memberi hukuman setimpal atas kesalahannya.
Seluruh rakyat yang mendengar cerita itu menjadi sedih, mereka berdoa agar permaisuri bisa kembali menjadi manusia. Karena permaisuri memiliki hati yang mulia maka ia pun berubah menjadi manusia dan kembali ke istana. Permaisuri hidup bahagia bersama raja Nulong. Pohon tempat Permaisuri di namai pohon Kayu Si Alang. Lama-kelamaan menjadi kayu Tualang dan desa itu kini bernama desa Tualang.
Cerita rakyat dari Sumatera Selatan (Palembang) yang berjudul Putri Bongsu Alang ini menceritakan tentang pengkhianatan yang dilakukan dayang Jabak Jabir. Dayang tersebut serakah dan merebut takhta permaisuri Raja Nulong dengan membunuh putri Bongsu Alang dengan cara menenggelamkannya di Sungai Bilah.