Penanganan sampah di wilayah perkotaan menjadi persoalan yang tidak urung selesai. Pertambahan jumlah penduduk turut meningkatkan volume sampah dan membuatnya semakin menggunung. Peran pemerintah begitu diharapkan oleh masyarakat untuk secepatnya mengatasi persoalan ini.
Di Kota Pekanbaru sampah juga menjadi persoalan yang cukup rumit. Kota ini menghasilkan sampah hingga mencapai 500 ton setiap harinya. Sampah ini dihasilkan dari sekitar 1,3 juta penduduk dengan masing-masing orang memproduksi sekitar 2,6 kilogram setiap hari.
Hal ini tidak didukung dengan jumlah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena jumlahnya yang kurang memadai. Hingga tahun 2015, tercata baru 16 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang disediakan pemerintah.
Sedangkan Pembuangan Akhir yang sudah permanen baru ada 2 lokasi, yaitu di Limbungan dan Kulim. Setiap tahun kemampuan lahan TPA ini akan berkurang. Dan diperkirakan pada tahun 2020 mendatang pemerintah kota akan kesusahan mencari lahan.
Pemerintah agaknya harus segera mengambil langkah jitu menghadapi persoalan ini. Pasalnya masalah sampah tidak hanya sebatas menimbulkan bau yang tidak sedap saja. Namun lebih dari itu, sampah juga menimbulkan dampak sosial yang begitu meluas jika tidak segera diatasi.
Lihat saja bagaimana kemarahan warga saat sampah di Kota Pekanbaru tidak diangkut petugas karena permasalahan antara pemerintah dan pihak ketiga. Warga dari berbagai elemen masyarakat melakukan unjuk rasa hingga berkali-kali agar pemerintah segera menanggulangi sampah. Puncaknya adalah ketika pengunjuk rasa yang marah hingga membuang satu truk sampah ke rumah Walikota.
Akankah begini terus? Sejauh ini pemerintah memang sudah berfikir cerdas untuk mengubah sampah menjadi sahabat. Misalnya wacana-wacana tentang mengkonversikan sampah dan limbah menjadi energi listrik. Jika melihat jumlah volumenya, maka sampah-sampah ini bisa menghasilkan listrik sekitar 10-15 megawaat perhari.
Jumlah ini tentu bisa mengurangi krisis listrik yang kerap terjadi di Kota Pekanbaru. Sayangnya pemerintah tidak mampu jalan sendiri. Mereka menunggu investor bidang kelistrikan yang mau menanamkan modalnya untuk mengolah sampah Pekanbaru.
Sebelumnya perusahaan dari empat negara yakni Korea Selatan, Jepang, Amerika dan Australia sudah pernah melakukan Feasibility Study terkait sampah di Pekanbaru ini. Harapan pemerintah mereka menanamkan modalnya untuk mengatasi persoalan sampah. Namun hingga saat ini masih belum ada titik terang terkait kerjasama tersebut.
Sepertinya persoalan sampah ini tidak bisa dibebankan oleh pemerintah sendiri. Perusahaan juga sudah harus berpikir mandiri bagaimana bisa mengolah produk sampahnya menjadi sumber energi terbarukan. Hasil dari konversi sampah menjadi energi listrik ini bisa digunakan untuk kebutuhan listrik perusahaan.
Caranya adalah dengan Pengolahan Sampah Mekanisme Bersih ( Zero Waste) di bawah tanah. Metode yang digunakan adalah Biodigester sehingga menghasilkan Biomass (plant material) yakni sumber renewable energy atau energi baru terbarukan (EBT) karena energi ini berasal dari matahari. Energi Biomassa adalah energi dibuat untuk bahan bakar yang didapatkan dari sumber alami yang dapat diperbarui. Contohnya berasal dari sampah.
Pengolahan sampah dengan cara ini efektif bagi kawasan komersial seperti pasar, komplek niaga, dan apartemen. Tempat-tempat ini pada umumnya terkendala lahan dalam mengelola sampah. Bayangkan saja, untuk kapasitas olah sampah 9 m3 ~ 3 ton/ hari, kebutuhan lahan di permukaan hanya 30 m2.
Cara ini juga ditunjang dengan peralatan modern seperti agitator, chopper pumps, separator, dan manajemen alir material bahan baku dan hasil dapat dijamin memenuhi kaidah-kaidah dalam proses fermentasi. Dengan konfigurasi Biodigester- Pirolisis- Gasifier, kini bagian terbesar sampah (organik) dapat dijadikan biogas bagi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM).
Dengan teknologi digester terbuat dari fiberglass dan proses mikrobiologi terkini, biomassa ( termasuk didalamnya sampah organik, limbah pertanian, limbah peternakan, gulma air) dalam instalasi Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk, akan menjadi bahan pembangkitan metana (CH4) berkualitas tinggi, memiliki komposisi lebih besar dari 70 %, yang ketika dialirkan ke genset bio Elektrik akan menjadi energi bagi penerangan, penggerak mesin maupun daya listrik bagi perkakas rumah tangga.
Meskipun investasi untuk pengadaan ini cukup besar, namun sektor ini dipandang sebagai kegiatan yang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan.