Surat Edaran Keselamatan Penerbangan dari Federal Aviation Administration (FFA) USA tertanggal 8 September 2016 dan Safety Information Buletin European Aviation Safety Agency (EASA) Nomor 2016-13 tanggal 9 September 2016 melarang masuknya smartphone ini ke bagasi.
Hal ini dilatar belakangi puluhan laporan yang masuk dari pengguna di Amerika. Laporan tersebut menyatakan berbagai hal telah terjadi pada baterai Samsung Galaxy Note, diantaranya terbakar dan terlalu panas hingga rentan meledak.
Dilansir Reuters, Kamis (15/9), Samsung telah menerima 92 laporan baterai GalNote 7 terbakar atau terlampau panas di AS.
Diantaranya ada 26 laporan ponsel terbakar dan 55 laporan kerusakan properti. Consumer Product Safety Commission (CPSC) di AS telah mendesak semua pemilik GalNote 7 untuk segera berhenti menggunakan ponsel tersebut. Sebelumnya, sejumlah administrasi maskapai penerbangan telah melarang penumbang membawanya.
Atas kondisi ini, Bandara Juanda di Indonesia juga telah menginstruksikan para penumpang untuk tidak membawa smartphone tersebut saat terbang.
Hal ini sesuai Surat Edaran dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor SE 18 Tahun 2016 tertanggal 13 September 2016 yang diterima oleh Bandar Udara Internasional Juanda.
"Instruksinya dijalankan yakni penyelenggara Bandar Udara diinstrusikan untuk memastikan penumpang dan personel pesawat udara tidak menempatkan baterai lithium, power bank dan smartphone Samsung Galaxy Note 7 dalam bagasi penerbangan (checked baggage)," jelas General Manager Bandar Udara Internasional Yuwono dalam keterangan resmi, Rabu (14/9).
Samsung mengatakan total ada 2,5 juta ponsel GalNote 7 yang ditarik dari seluruh dunia. Ini merupakan penarikan bersejarah bagi Samsung. GalNote 7 telah digadang-gadang jadi saingan ponsel terbaru besutan Apple.
Pengamat menilai Samsung menderita kerugian hampir lima miliar dolar AS tahun ini karena penarikan tersebut. Ini juga cukup berdampak pada reputasi perusahaan ponsel terbesar di dunia itu.