Efek Brexit atau British Exit (Inggris keluar dari Uni Eropa) mulai dirasakan di negara tersebut. Dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan menimbulkan permasalahan tenaga kerja asing di negeri Elizabeth tersebut.
Menurut laporan terbaru yang diungkapkan Resolution Foundation, Jumat (8/7) kekurangan tenaga kerja manusia disana akan membuat mereka menggunakan tenaga robot sebagai penggantinya.
Penggunaan teknologi robot tersebut akan mewarnai dunia industri dalam bidang agrikultur, pelayan makanan dan minuman, dan pabrik makanan di Inggris, yang diketahui memiliki tingkat terbesar pekerja kasar dari Benua Eropa.
Seperti dikatakan Financial Times, satu dari delapan pekerja Uni Eropa diplot pada area pergudangan dan pabrik-pabrik tekstil di Inggris. Meski kedudukan Inggris dalam Uni Eropa masih belum kelar, mereka telah melihat kemungkinan pembatasan penempatan tenaga kerja.
"Melihat lesunya produktivitas Inggris selama beberapa tahun ini, ditambah adanya referendum untuk keluar dari Uni Eropa, Inggris harus meningkatkan kondisi ekonominya dengan mempekerjakan banyak robot untuk menggantikan tenaga kerja kasar manusia," kata juru bicara Resolution Foundation dilansir Dailymail.
Patut diketahui, beberapa negara yang telah menerapkan teknologi robot untuk berkerja menggantikan tenaga manusia, seperti perusahaan elektronik di Taiwan dan pemasok Apple, Foxconn yang telah mempekerjakan 60.000 robot untuk menggantikan kinerja manusia.
Tak hanya di Inggris, Sony sebagai sebuah perusahaan elektronik asal Jepang dikabarkan akan membuat robot unik yang memiliki emosi seperti manusia.
Dilansir laman Dailymail Jumat (1/7) bahwa Hirai telah berbicara saat pertemuan perencanaan elektronik terbesar di Tokyo, akan kedatangan robot berbentuk manusia tersebut yang akan di launching pada Oktober yang akan datang.
Dilaporkan The Verge, Sony akan memadukan hardware dan layanan untuk merasakan pengalaman yang emosional dari robot dan mampu menumbuhkan rasa cinta serta perhatian kepada majikannya.
Selain itu, dua rumah sakit Belgia menambahkan anggota staf baru sebagai penerima tamu. Namun, staf ini adalah sebuah robot humanoid yang disebut Pepper.
Asisten humanoid ini memiliki layar di dadanya dan kepala bulat merupakan robot pertama di dunia yang akan digunakan untuk meyapa orang dalam pengaturan medis.
Robot setinggi 140 sentimeter dan dilengkapi dengan roda di di bawahnya ini dapat mengenali suara manusia dalam 20 bahasa.
Seperti diberitakan The Guardian Selasa (14/6), Pepper juga dapat mendeteksi jika ia sedang berbicara dengan seorang pria, wanita, atau anak-anak. Di Liege, staf robot yang didapat dengan harga 23 ribu dolar AS, saat ini tetap berada di ruang tunggu rumah sakit.
"Tapi di rumah sakit AS Damiaan di Ostend, robot tersebut bisa menemani pengunjung ke departemen yang mereka cari," kata Raphael Tassart dari perusahaan Belgia Zora Bots, yang mengembangkan perangkat lunak di dalam otak robotnya.
Melihat produktivitasnya yang lebih tinggi, bukan tidak mungkin suatu hari nanti perusahaan akan lebih memilih robot ketimbang manusia. Bagaimana dengan di Indonesia?