Keadaan Waduk PLTA Koto Panjang semakin kritis. Sebagai sumber pembangkit listrik terbesar di Riau, Waduk PLTA Koto Panjang mengalami kondisi paling parah di musim kemarau terhitung sejak tahun 1997 lalu. Manajer PLTA Koto Panjang Bayu Tuk Windriyo mengungkapkan, pemadaman listrik yang terjadi beberapa hari belakangan ini, salah satunya akibat penyusutan debit air waduk.
"Sekarang hanya berproduksi 18-25 megawatt dari satu turbin. Itu pun kurang maksimal," jelas Bayu kepada Tribun, Jumat (2/10).
Ia menuturkan, air waduk idealnya dapat menggerakkan tiga unit turbin pembangkit yang ada. Ketiga turbin itu dapat menghasilkan daya sebesar 114 megawatt.
Namun kini, produksi daya menyusut drastis.
Bayu mengatakan, ketinggian air waduk hingga Jumat (2/10) hanya 73,8 meter di atas permukaan laut (mdpl). Elevasi waduk jauh menurun, hanya 30 centimeter untuk menyentuh ambang batas minimal. Jika sudah menyentuh ambang batas, turbin tidak berproduksi lagi.
"Sudah kritis. Air tinggal 30 centimeter lagi," ujarnya.
Elevasi waduk sudah jauh dari batas normal atau normal water level (NWL). Turbin dapat bekerja maksimal apabila elevasi waduk di angka 80,6 mdpl.
Menurut Bayu, kondisi waduk saat ini adalah yang terparah sejak mulai dioperasikan. Dulu pernah krisis di tahun 1997 silam.
"Tapi dulu enggak sampai di bawah (elevasi waduk) seperti sekarang," ujarnya.