Musibah beruntun yang terjadi pada pelaksanaan haji tahun 2015 menjadi catatan penting bagi Raja Salman. Setelah peristiwa Mina menyebabkan lebih dari 700 jamaah haji wafat, Pemimpin tertinggi Arab Saudi tersebut memerintahkan dijalankannya review terhadap sistem keselamatan haji.
"Harus ada perbaikan pada pola pengorganisasian dan manajemen pergerakan para jamaah haji," tutur dia seperti dikutip situs BBC. Akibat musibah Mina, Pemerintah Arab Saudi membentuk komisi investigasi.
Menurut Menteri Kesehatan Arab Saudi, Khalid al Falih, musibah mina terjadi karena banyak jamaah haji yang tidak memperhatikan jadwal waktu pelaksanaan rukun haji. Dia menjelaskan bahwa pihak berwenang telah membuat jadwal waktu giliran pelaksanaan rukun haji untuk menghindari terjadinya musibah.
Sementara itu, mantan Menag Muhammad Maftuh Basyuni menyatakan, Indonesia memiliki hak memberi masukan perbaikan penyelenggaraan ibadah haji kepada Kementerian Haji Saudi Arabia. Namun hal tersebut tidak perlu dilakukan secara formal karena bisa menimbulkan kesan pejabat setempat merasa digurui.
Peristiwa terowongan Mina Al Mu'aisim pada tahun 1990 yang mengakibatkan 1.426 meninggal merupakan catatan terburuk tragedi Mina. Pada saat itu Indonesia memberikan masukan dengan cara yang baik dan tidak terlalu formal.
"Bicara baik-baik, tanpa harus menggurui untuk memperbaiki penyelenggaraan haji. Akhirnya ditemui solusi, yaitu membuat terowongan baru yang serupa sehingga dapat digunakan dari arah berlawanan seperti sekarang ini," katanya.
Penyelenggaraan ibadah haji, lanjut dia, dari tahun ke tahun diikuti berbagai ragam jenis manusia. Mulai yang berpendidikan rendah sampai tinggi, dari berbagai etnis dan bangsa-bangsa.
Namun dalam pelaksanaannya kerap dibumbui hawa nafsu dan tidak mengindahkan aturan yang berlaku. Seperti pada kasus Mina pada musim haji 1436 H/2015 M ini.