Mengacu data Bloomberg, rupiah bergerak flat di posisi Rp 13.541 per dollar AS pada Senin (10/8). Posisi ini merupakan posisi terendah sejak 1998.
Bila mengacu pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah pun pada posisi sama dengan sebelumnya pada level Rp 13.536 per dollar AS.
Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst Monex Investindo Futures, menuturkan pernyataan Gubernur The Fed Negara Bagian Atlanta Dennis Lockhart terkait kesiapan The Fed mengerek suku bunga pada September mendatang masih menjadi tekanan bagi rupiah.
Di sisi lain, belum ada sentimen dari dalam negeri yang mampu menopang rupiah.
"Ekonomi Indonesia masih lemah dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 hanya 4,67%," ujar Ariston.
Masih menurut Ariston, pelemahan rupiah bisa tertahan oleh data terkini ekonomi AS. Penambahan tenaga kerja AS pada Juli melambat menjadi 215.000 dari sebelumnya 231.000. Angka itu juga meleset dari perkiraan 222.000. Sementara tingkat pengangguran tetap di level 5,3%.