Telaga Warna, Dongeng dari Jawa Barat


Dongeng dari Jawa Barat – hampir di setiap daerah di seluruh nusantara memiliki Dongeng yang dikisahkan secara turun-temurun hingga menjadi salah satu kebudayaan Indonesia. Dongeng dari Jawa Barat adalah salah satu dari sekian banyak Dongeng Indonesia yang di kisahkan bukan hanya dari para orang tua atau leluhur tapi juga menjadi salah satu Dongeng dalam pelajaran Bahasa Indonsia. Dongeng Indonesia kebanyakan adalah kisah tauladan yang bisa kita ambil pelajarannya terutama belajar bersikap yang baik dan sopan antara sesama. Berikut adalah salah satu Dongeng dari Jawa Barat yang berjudul Telaga Warna.

Di daerah Jawa Barat berdirilah sebuah kerajaan yang makmur dan memiliki raja yang sangat baik hati dan bijaksana. Raja ini sudah memimpin daerah tersebut dalam kurun waktu yang lama. Semua rakyat di kerajaan itu mencintai dan menghormati raja mereka. Bukan hanya raja tapi juga permaisuri pun sangat mencintai rakyatnya. Dengan kepemimpinan yang begitu bijaksana menjadikan wilayah kerajaan makin meluas dan rakyat sangat mendukung setiap keputusan sang raja dan permaisuri.

Namun, ada hal yang selalu membuat raja dan permaisuri bersedih yaitu mereka belum di karuniai seorang anak. Padahal mereka sudah lama menikah. Selama bertahun-tahun raja dan permaisuri berdoa kepada Tuhan agar di beri seorang anak sebagai penerus tahta dari kerajaan itu. Tidak hanya raja dan permaisuri yang berdoa melainkan juga rakyat yang merasa prihatin dengan keadaan raja mereka. Setiap hari mereka berdoa memohon pada Tuhan agar raja mereka di karuniai seorang anak. Karena ketekunan raja dan permaisuri serta seluruh rakyat yang ikut berdoa, tidak lama kemudian permaisuri mengandung. Seluruh rakyat bersuka cita dan gembira mendengar kabar permaisuri telah mengandung.

Setelah sembilan bulan mengandung tibalah hari kelahiran penerus raja yang telah di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat. Permaisuri melahirkan seorang putri yang cantik jelita. Kecantikan sang putri amat memukau, raja dan permaisuri sangat mencintai anak mereka. Apapun yang dipinta oleh putri akan mereka kabulkan. Rakyatpun sangat mencintai putri raja mereka, dan menyediakan apa yang dipinta oleh putri. Hal ini telah menjadikan putri raja sebagai seorang putri yang congkak dan kasar. Dia tidak mencintai rakyat seperti orang tuanya. Sang putri malah sering bersikap sombong dan kasar terhadap rakyat. Selain itu putri raja tersebut selalu memaksakan apa yang diinginkan sampai di penuhi oleh orang tuanya.

Pada suatu hari sang putri sedang bermain-main di halaman istana, kemudian dia berfikir tentang sesuatu hal. Yaitu hal yang ingin dia miliki lebih dari pada orang lain. Sang putri segera bergegas menemui ayahnya. Dihadapan sang ayah putri tersebut meminta dibuatkan emas, intan, dan permata yang akan dia kenakan di setiap helai rambutnya. Mendengar permintaan ini sang raja merasa sedih sebab menurut raja permintaan sang putri amatlah berlebihan. Lagipula pada saat itu rakyat sedang dalam kesulitan karena hasil panen mereka yang gagal.

Mendengar permitaannya di tolak oleh orang tuanya, sang putri menjadi marah dan merusak apa saja yang dia miliki. Sang putri berkeras ingin memiliki perhiasan yang dikenakan di seluruh rambutnya. Sebab selama ini belum ada putri manapun yang memakai perhiasan sebanyak itu. Karena sang putri tidak mau di bujuk akhirnya raja dan permaisuri mengumpulkan rakyatnya dan meminta mereka mengumpulkan seluruh perhiasan mereka dan memberikannya kepada pengrajin perhiasan agar dibuatkan perhiasan untuk setiap helai rambut putri mereka. Setelah beberapa bulan perhiasan yang diminta itupun sudah selesai. Lalu raja dan permaisuri memberikan perhiasan itu kepada putri mereka, namun apa yang terjadi. Ternyata putri tidak menyukai perhiasan itu, sang putri melempar perhiasan itu ke halaman istana hingga jatuh berserakan. Melihat hal ini raja menjadi amat marah, karena putrinya tidak menghargai jerih payah orang tua serta rakyatnya. Lalu raja dan permaisuri beserta seluruh rakyat menangis dan berdoa kepada Tuhan agar sang putri di beri hukuman. Mereka menangis berhari-hari hingga terbentuklah sebuah telaga air mata yang berwarna-warni. Telaga itu di beri nama telaga warna karena kadangkala warnanya berubah indah. Menurut kepercayaan warna yang dihasilkan itu adalah perhiasan dan sang putri yang ikut tenggelam bersama perhiasan tersebut.