Takdir telah menggariskan kepergian Budayawan Riau ternama, Tennas Effendy. Tak kuat menahan komplikasi penyakit paru-paru dan jantung, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) tersebut dipanggil Allah SWT pada Sabtu (28/2/2015) dini hari ini pukul 00.25 WIB. Kondisi Tennas yang sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Malaka semakin memburuk saat sebelum dibawa pulang ke Pekanbaru. Sebelum wafat, guru budayawan Riau ini telah dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru. Tennas tutup usia pada 79 tahun.
Tennas memiliki nama asli Tengku Nasaruddin Said Effendy, nama pemberian dari sang ayah, Tengku Said Umar Muhammad.Ayah Tenas Effendy adalah sekretaris pribadi Sultan Said Hasyim, Sultan Pelalawan ke-8 pada waktu itu. Tennas memutuskan untuk menyingkat namanya sebab apabila masyarakat mengetahui bahwa peneliti itu adalah seorang tengku, maka akan timbul semacam jarak antara dirinya dengan masyarakat sehingga ia tidak bisa leluasa dalam menggali informasi di masyarakat.
Seperti diketahui, Tennas memiliki andil yang sangat besar terhadap konservasi dan pengembangan budaya Melayu di Riau. Tenas berhasil mengumpulkan lebih kurang 20.000 ungkapan, 10.000 pantun, dan tulisan-tulisan mengenai kebudayaan Melayu.
Kebiasaan dalam mendengar, melihat, dan mengamati berbagai khasanah budaya ini secara berangsur-angsur membuat Tennas mampu menyerap berbagai unsur budaya tersebut dan terpatri sangat mendalam dalam kehidupannya. Hal inilah yang kemudian mengantarkannya dalam serangkaian penelitian kebudayaan.
Pada tahun 1997, Tennas mendapat penghargaan Anugerah Sagang dari Yayasan Sagang (Riau Pos Grup). Penghargaan tinggi lainnya diberikan oleh Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) yang memberinya gelar akademis tertinggi sebagai Doktor Honoris Causa dalam bidang persuratan atau kesusasteraan. Tennas juga mendapat gelar adat Sri Budaya Junjungan Negeri oleh Sri Mahkota Setia Negeri Bengkalis di Balai Adat Melayu Bengkalis. Juga berbagai penghargaan lainnya yang didapatkannya dari berbagai lembaga.