Setelah sebelumnya mendapat kecaman dari berbagai pihak terkait peran Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau terhadap kasus Annas Maamun, tetua adat Melayu Tennas Effendy akhirnya angkat bicara guna menepis tuduhan tersebut. Tennas yang juga merupakan Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat LAM Riau menyebutkan dalam wawancaranya pada wartawan, “Bahkan sudah berbuih mulut ini,” ujarnya saat konferensi pers di gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Jl Diponegoro, Pekanbaru, Senin (29/9/2014), menyikapi tertangkapnya Gubernur Riau Annas Maamun oleh KPK dalam operasi tangkap tangan pekan lalu.
Lebih lanjut Tenas juga menjelaskan lembaganya tidak diam saja. Nasihat sesuai tunjuk ajar Melayu pertama kali disampaikan saat Annas Maamun masih calon gubernur. Begitu pula ketika Annas telah menjabat gubernur, tepatnya saat hubungan Annas dengan Syarwan Hamid memanas yang dipicu kritikan pedas mantan Menteri Dalam Negeri itu. Kata Tenas, keduanya diberi nasihat sebagai sesama orang tua. kewajiban LAM hanya mengingatkan. Memberi nasihat. Apakah kemudian nasihat itu diterima atau tidak, itu tergantung kepada pihak yang diberi nasihat. “Mungkin masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Syukur-syukur ada yang menyangkut sedikit,” kata dia.
LAM Riau sengaja menggelar konferensi pers didasari keprihatinan mendalam, karena tiga gubernur yang memimpin Riau di era reformasi, mulai dari Saleh Djasit (1998-2003), Rusli Zainal (dua periode, 2003-2013), hingga Annas Maamun (mulai menjabat Februari 2014) berakhir di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Seperti diketahui Annas Maamun ditangkap dalam operasi tangkap tangan KPK di rumah kerabatnya di Cibubur, Jatisampurna, Bekasi, Kamis pekan lalu, dengan barang bukti uang Rp 500 juta dan 156 ribu dolar Singapura. Ketua KPK Abraham Samad mengatakan, uang senilai total Rp 2 miliar itu diduga diberikan Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau Gulat Manurung terkait alih fungsi lahan di Kuantan Singingi.