Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan jarak pandang di Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru, menurun bukan disebabkan kabut asap dampak kebakaran hutan melainkan adanya fenomena hazy atau kabut kering dipermukaan.
"Namun itu masih belum mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II karena masih sekitar 5 kilometer," kata Analis BMKG Stasiun Meteorologi Pekanbaru Indah Desi kepada Antara di Pekanbaru lewat telekomunikasi, Selasa.
Ia menjelaskan, hazy merupakan kabut kering yang turun ke permukaan bumi karena awan-awan tidak berhasil memuai untuk menghasilkan hujan.
"Jadi memang bukan kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan. Kondisinya juga tidak begitu mengganggu aktivitas mesyarakat," katanya.
Hazy menutupi ruang udara di sejumlah kawasan Kota Pekanbaru, mulai dari kompleks permukiman warga hingga jalanan tengah kota.
Kondisi tersebut membuat sejumlah pengendara roda dua dan empat harus menyalakan lampu untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas.
"Saya pikir kabut asap karena Riau sering terjadi kabut asap," kata Hendra (31), warga Jalan Keliling, Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya.
Delvis (41), warga Pekanbaru lain, mengakui ia melihat kondisi jarak pandang yang terbatas sejak keluar dari rumah sekitar pukul 06.00 WIB.
"Tadi pagi itu jarak pandang sangat dekat bahkan saya harus pelan-pelan saat naik sepeda motor," katanya.
Delvis mengatakan ia juga terpaksa menggunakan masker karena disangka kabut tersebut merupakan asap kebakaran lahan.
Analis BMKG menyatakan, hazy tidak akan bertahan lama dan kemungkinan memasuki siang hari sudah akan hilang.
"Berbeda dengan kabut asap dampak kebakaran hutan yang akan bertahan hingga berhari-hari," katanya.
Namun dalam satu pekan terakhir, demikian Indah Desi, kabut asap tidak menutupi ruang udara di Kota Pekanbaru meski masih terjadi kebakaran hutan di beberapa daerah kabupaten di Riau.