Seorang pengamat militer Zionis di koran Maarev, Ben Kasbet, menyerukan pemerintah Benjamin Netanyahu untuk segera mengakui kemenangan Hamas. Ini sangat penting menyusul kemenangan demi kemenangan Hamas dalam pertempuran selama 24 hari terakhir ini.
''Inilah kebenaran. Pemerintah Netanyahu dan Israel berada pada posisi yang sangat sulit beberapa hari ke depan,'' kata Kasbet pada surat kabar Maarev seperti dikutip Infopalestina.
Kasbet mengatakan serbuan Israel mendapat perlawanan signifikan. Gempuran demi gempuran menghantam Israel.
''Israel lari dari kondisi buruk kepada situasi yang lebih buruk lagi,'' katanya.
Sejak sebulan lalu, Israel tidak bisa memberikan kejutan. Bahkan, serangan demi serangan semakin menunjukkan keterpurukan Israel dan menjadikan negara tersebut semakin bobrok.
Oleh karena itu, kata Kasbet, Netanyahu harus mengakui kesalahannya telah melakukan agresi tanpa bisa memberikan solusi atau alternatifnya.
''Jika Israel tidak bisa membendung Hamas, maka inilah akhir dari Israel. Ia juga tidak akan bisa membendung Iran maupun Hizbullah di utara dan akan tampaklah kelemahan Zionis. Ia harus membayar mahal atas kenyataan ini,'' katanya.
Pengamat Zionis kemudian mengakhiri tulisanya,''kita jangan menipu diri sendiri. Jika kita tak punya kemampuan untuk menggempur Hamas hari ini, maka ke depan akan lebih sulit lagi dan akan jauh lebih berat lagi.''
Perlawanan Hamas melawan agresi Israel sudah memasuki hari ke-25 pada Kamis (31/7).
Namun Hamas sejauh ini baru mengerahkan 10 persen kekuatannya, sementara Israel sudah habis-habisan mengeluarkan 90 persen kemampuannya.
''Kekuatan dan perlengkapan yang kami miliki saat ini masih bisa bertahan walau perang berlangsung hingga bertahun-tahun,'' kata wakil anggota Hamas di Lebanon, Muhammad Nazzal, kepada kontributor Republika Online di Jalur Gaza, Abdillah Onim, Kamis (31/7).
Nazzal mengatakan semua persenjataan yang Hamas miliki saat ini mayoritasnya mereka produksi di wilayah Gaza.
''Kami pelajari kecanggihan dari negara lain dan kami kembangkan di Gaza persenjataan tersebut,'' katanya. ''Ada pesenjataan yang kami miliki berasal dari luar. Tetapi kami membelinya, bukan bantuan cuma-cuma.''
Korban tewas kini sudah mencapai 1.336 lebih, korban luka-luka sudah mencapai 7.400 lebih. Meskipun demikian, rakyat Palestina sangat bangga memiliki pejuang yang memiliki semangat dengan barisan kokoh.
Walau saat ini warga Gaza hidup gelap gulita tanpa listrik dan air serta perbatasan Gaza-Mesir tertutup rapat, tapi mereka tak patah semangat karena warga Gaza bersama pejuang Palestina.
Pejuang Palestina telah membuktikan istiqomah mereka terhadap Palestina dan Al Aqsa dengan berhadapan melawan musuh Islam musuh Allah. ''Ya, kami bersama pejuang Palestina di Gaza,'' kata warga Gaza kepada kontributor Republika Online.