Tindakan bejat yang dilakukan zionis Israel secara terang-terangan didukung Amerika. Secara tegas Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan dukungan kepada Israel untuk menggunakan hak mempertahankan diri sebagai sebuah negara.
"Tidak ada negara yang berdiam diri ketika diserang roket di perbatasan," ujar Obama sebagaimana dilansir BBC (Sabtu, 19/7).
Serangan udara Israel Sabtu (19/7/2014) menurut warta AFP menewaskan 20 orang lagi di Gaza. Total korban tewas sudah mencapai lebih dari 300 orang. Sejauh ini, Israel masih juga menggencarkan operasi militer darat. Kelompok Hamas juga masih menembakkan roket ke arah Israel.
Sementara, baku tempur sudah memasuki hari ke-12. Konflik berdarah kedua belah pihak, termutakhir, terjadi pada 2009. Dari pihak Israel tercatat dua korban tewas selama serangan ke Gaza. Satu korban tewas adalah warga sipil. Satu korban lagi adalah seorang tentara yang tewas tertembak sesama tentara.
Tiga buah mortir yang ditembakkan dari Gaza jatuh di wilayah selatan Israel, Kamis (17/7/2014), hanya dua jam setelah kesepakatan gencatan senjata singkat tercapai. Demikian Angkatan Darat Israel.
Mortir itu menghantam wilayah Eshkol, yang berbatasan dengan jalur Gaza. AD Israel menuding Hamas mendalangi peluncuran roket itu, tetapi tidak memberikan penjelasan lebih rinci.
"Israel berbohong. Semua faksi Palestina terus mengawasi jalannya gencatan senjata. Israel menggunakan alasan ini untuk membunuh para pejuang," kata seorang sumber Hamas kepada AFP.
Berdasarkan data yang disediakan Pusat HAM Palestina (PCHR) sebanyak 80 persen korban konflik ini adalah warga sipil.
Sejak baku tembak dimulai pada 8 Juli lalu, sedikitnya 1.021 buah roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza menghantam wilayah Israel, sementara 256 roket berhasil ditangkal sistem pertahanan udara Iron Dome.