Penanganan asap masuk dalam agenda sidang kabinet paripurna yang membahas penanggulangan bencana kabut asap. Menurut Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, salah satu hasilnya adalah pengoptimalan penggunaan satgas darat maupun satgas udara untuk memadakamkan api dan mengurangi kabut asap.
Penanganan terhadap asap akan dilakukan melalui jalur darat serta menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Sebenarnya kabut asap tidak hanya terjadi di Riau, namun juga terjadi di delapan propinsi lain, lima di Sumatera yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi serta di Kalimantan.
Pemadaman yang nantinya dilakukan melalui udara antara lain dengan memanfaatkan pesawat amfibi, pesawat Hercules C-130 dan enam pesawat Casa 212, menggunakan water bombing. Sementara itu untuk mengantisipasi kekeringan dilakukan teknologi 'penaburan garam' yang digunakan untuk membentuk curah hujan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Penambahan pesawat penabur garam juga akan dilakukan mengingat bulan April mendatang Riau akan memasuki musim kemarau. Untuk masa mendatang, kata Agung, pemerintah akan membeli pesawat untuk merekayasa cuaca. Saat ini peralatan masih disewa karena harganya cukup mahal.
Agung Laksono juga menyatakan bahwa untuk penanggulangan kabut asap BNPB akan mengambil peran sebagai pengendali di Pusat. Sementara kementerian-kementerian terkait seperti Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup akan bersinergi dengan pemerinntah daerah dibantu oleh aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri.
Ia menambahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan masih akan turun hingga Maret. Akan tetapi sepanjang April hingga Juni akan terjadi kemarau panjang yang dapat menyebabkan kebakaran hutan semakin meluas sehingga untuk mengantisipasi kekeringan dilakukan teknologi pembentukan hujan.***