Peduli Asap, Bagi-Bagi Masker Sampai Teknologi Hidran

Kondisi asap yang kian hari kian menebal membuat banyak pihak kuatir. Bagaimana tidak, sebanyak 13.009 hektare lahan di Provinsi Riau telah hangus terbakar pada kurun enam pekan terakhir. Bukannya berhenti, tiap hari kebakaran hutan malah semakin meluas. Kondisi ini pun diperparah dengan kondisi cuaca yang tidak kunjung hujan.


Alhasil asap mengepung Riau beminggu-minggu dan menyebabkan banyak warga terserang penyakit. Sekitar 40 ribu jiwa terserang penyakit dan 37 ribua diantaranya merupakan penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan sisanya mengidap penyakit kulit, asma dan gatal-gatal.

Berbagai upaya dilakukan namun belum bisa memberikan hasil yang maksimal untuk mengurangi asap. Namun momentum asap ini ternyata membangun kepedulian berbagai organisasi dan instansi salah satunya dengan membagi-bagikan masker gratis kepada warga.

Hal ini banyak dilakukan oleh banyak komunitas di Pekanbaru seperti Blogger Bertuah, Komunitas Ertiga Club Indonesia (Erci) Pekanbaru, Backpacker Pekanbaru dan Couch Surfing Riau, Komunitas Turun Tangan dan masih banyak lagi. Pembagian masker juga dilakukan oleh banyak perusahaan dan instansi-instansi pemerintahan.

Salah satu bentuk kepedulian terhadap kebakaran hutan juga dilakukan oleh Universitas Riau (UR) yang merancang tekhnologi hidran air dan menempatkannya pada sejumlah titik strategis.

Hidran air bertekhnologi sistem "early warning" atau peringatan dini untuk mengurangi api agar tidak makin meluas membakar hutan dan lahan perkebunan yang dominan gambut. Hidran air adalah suatu alat yang dilengkapi dengan slang (fire hose) dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan.

Rektor UR, Prof Ashaludin Jalil mengatakan bahwa hidran air dapat berfungsi sebagai alat yang sensitif ketika api mulai membakar pada hutan dan lahan hingga menimbulkan panas maka hidran otomatis menyemburkan air dan segera memadamkan api.

“Pembuatan hidran air tersebut dilakukan sebagai bagian tanggungjawab moral UNRI untuk menyumbangkan tenaga dan pemikiran sesuai keahlian para peneliti di kampus ini dalam mengurangi meluasnya pembakaran hutan dan lahan yang cenderung tiap tahun terjadi untuk pembukaan perkebunan baru,” ungkapnya.

Selain berbagai upaya untuk menghindari bahaya asap, penangan terhadap korban asap pun menjadi perhatian. Yakni dengan menggratiskan biaya perobatan bagi warga yang terserang penyakit karena kabut asap. Hal ini disampaikanKepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P4L) Dinas Kesehatan Riau, Erdinal.

Pengobatan gratis ini, lanjut Erdinal, berlaku di seluruh kabupaten dan kota di Riau. Jumlah masyarakat terserang penyakit karena asap kini jumlahnya sudah mencapai 37 ribu jiwa.
Dinkes Riau mengingatkan, agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah. Jika harus beraktivitas harus menggunakan masker. Ini karena kondisi udara kian memburuk di Riau.

"Jangan anggap sepele partikel debu akibat kebakaran hutan ini. Partikel debu itulah yang menyerang kesehatan warga. Yang jadi persoalan, warga juga paling betah pakai masker hanya satu jam saja, habis itu dilepas lagi," kata Erdinal.