Foto milik Naufal Ivander Restu yang dipublish di grup FB Kesah Asap.
https://www.facebook.com/groups/kesahasap/?fref=ts
Inilah Sebab Mengapa Kabut Asap di Riau Sulit Dipadamkan
Bagi masyarakat Riau, kabut asap memang sudah menjadi musim, yang hampir setiap tahunnya dirasakan. Hingga terkadang masyarakat lupa bahwa asap itu adalah bencana, yang tak selayaknya terjadi setiap tahun. Asap di Riau sangat sering terjadi, bila saja musim kemarau telah tiba, alamat lah asap akan datang. Asap akan hilang biasanya kalau hujan sudah turun. Dan kalau hujan tak kunjung turun, maka yang dialami warga Riau adalah seperti yang terjadi di bulan Maret 2014. Ribuan orang menderita ISPA, terancam kanker dan sebagainya. Bahkan Riau dinyatakan oleh para dokter dan pengamat kesehatan sebagai kawasan tak layak huni, artinya warga Riau sudah seharusnya diungsikan.
Asap di Riau sulit dipadamkan. Terbukti pemerintah daerah tak sanggup mengatasinya. Ini membuat pemerintah pusat turun langsung menangani kabut asap di Riau. Namun tak semudah itu, meski sempat cerah beberapa waktu, namun beberapa waktu kemudian kabut asap muncul lagi. Puluhan titik api dilaporkan menyala lagi di beberapa kabupaten di Propinsi Riau.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kabut asap di Riau sulit dipadamkan? Berikut ini beberapa alasan yang bisa kita pahami:
1. Musim kemarau yang panjang terjadi di Riau
Cuaca yang ekstrim menjadi salah satu sebab mengapa kabut asap selalu muncul sebagai dampak dari pembakaran hutan dan lahan. Musim kemarau di Riau bisa terjadi lebih ekstrim dari pada kawasan propinsi lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan salah satunya karena faktor keberadaan lahan sawit di Riau merupakan kawasan lahan terluas di Indonesia. Tanaman sawit merupakan tanaman yang membutuhkan cadangan air sangat besar setiap harinya. Dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Ini membuat cuaca yang kering dan musim yang kemarau semakin panjang dan parah.
2. Riau merupakan propinsi dengan lahan gambut terluas di Sumatera
Propinsi Riau merupakan wilayah yang memiliki lahan gambut yang terluas disumatra 4,044 juta ha1 (56,1 % dari luas lahan gambut Sumatra atau 45% dari luas daratan Propinsi Riau). Kandungan karbon tanah gambut di Riau tergolong yang paling tinggi di seluruh Sumatera bahkan se-asia tenggara. Pembukaan hutan rawa gambut untuk Perkebunan sawit dan HTI yang terjadi saat ini sangat berdampak buruk bagilingkungan dan ekosistim. Kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi saat ini dapat dipastikan merupakan rangkaian dari kegiatan pembukaan lahan (land clearing) untuk perkebunan skala sedang dan besar (perusahaan), Hutan Tanaman Industri (HTI),usaha pertanian rakyat serta kegiatan kehutanan lainnya. Keberadaan 2 Perusahaan Pulp terbesar di asia dan menjamurnya Perkebunan sawit skala besar merupakan faktor utaman penyebab kehanjuran hutan lahan gambut/rawa gambut di Propinsi Riau. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, hal ini juga di sampaikan oleh laporan UNEP 2007, yang menyatakan bahwa perkebunan sawit saat ini mengarah pada perusakan hutan tropis di Indonesia. "Last Stand of the Orangutan, State of Emergency: Illegal Logging, Fire and Palm Oil in Indonesia’s National Parks" merupakan laopran per Februari 2007 yang dibuat oleh Grid-Arendal, UNEP-WCMC dan GRASP yang bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia menjelaskan bahwa :
“Illegal logging, fires, and plantation of crops such as palm oil, the results show, are now intruding extensively into Indonesia’s national parks.”
Foto milik Bung Pandu yang dipublish di grup FB Kesah Asap.
https://www.facebook.com/groups/kesahasap/?fref=ts
3. Upaya pemadaman yang kurang maksimal
Bisa dibilang selama beberapa tahun terjadinya kabut asap di Riau, akhir dari musibah ini hanyalah hujan. Alias bukan dari langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Bisa dikatakan selama ini pemerintah tidak bersungguh-sungguh melakukan upaya pemadaman terhadap pembakaran hutan dan lahan. Hal ini tentunya berbeda jauh dengan kebijakan pemerintah yang malah sering memberikan izin tak jelas kepada perusahaan-perusahaan yang ingin membuka lahan. Berbagai kasus illegal loging yang menjerat orang-orang atas di Propinsi Riau menjadi salah satu indikasi kuat bahwasannya bencana kabut asap di Riau salah satunya diakibatkan kebijakan pemerintah yang hanya ingin mengambil keuntungan sepihak tanpa memperdulikan dampak lingkungan yang terjadi.
4. Penegakan hukum yang belum maksimal
Musibah kabut asap di Riau yang terjadi pada bulan Maret 2014 telah membuat pemerintah pusat sedikit berang hingga turunlah instruksi Kapolri untuk mengeluarkan hukuman tembak di tempat bagi para pelaku karhutla yang menentang. Penegakan hukum karhutla sejauh ini belum berjalan optimal dan masih banyak menemui kendala, baik di lapangan maupun dalam realisasinya. Gerak cepat penegakan hukum Karhutla dan pembalakan liar di Riau semenjak malapetaka kabut asap ini diapresiasi sebagian masyarakat Riau, tapi ada pula yang menyampaikan nada pesimis bahkan dinilai tebang pilih. Tebang pilih ini dilihat dari banyaknya jerat hukum yang sudah didapati Satgas hukum maupun jajaran Polda Riau, lebih ‘’tajam ke bawah, tumpul ke atas’’.
Di hari terakhir penetapan status tanggap darurat asap Riau pada Rabu (26/3/2014), seperti dimandatkan Gubernur Riau, Polda Riau menggenapkan jumlah tersangka kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sebanyak 100 tersangka Karhutla diamankan Satgas penegak hukum Karhutla Riau. Polda Riau selaku komando satuan tugas penegakan hukum, berhasil mengamankan sebanyak 100 tersangka dan 1 korporasi. Hingga Rabu siang, sedikitnya Polda Riau sudah menerima sebanyak total 58 Laporan Kepolisian (LP), dan 100 Tersangka, dengan 31 orang berstatus Sidik, 18 berkas dalam Tahap I, 7 berkas sudah P-21, 2 berkas Tahap II, serta 5 DPO.
Berbagai penyebab di atas memang harus dicarikan solusinya satu persatu agar Riau tak lagi masyhur di tingkat nasional dan internasional dengan bencana kabut asap yang memalukan. Bencana kabut asap terjadi menandakan sedang berlangsungnya pembakaran liar lahan dan hutan. Kelak bila bencana ini sudah tak ada, mungkinkah karena hutan di Riau pun telah ludes? Semoga menjadi renungan semua pihak.