Lihat saja, ketika Presiden Susilo Bambang Yodhoyono mulai marah dengan asap yang semakin menebal, semua stakeholder bergerak, Pemerintah Daerah (Pemda) kocar-kacir dan bersegera mengatasi asap, perusahaan-perusahaan yang ada berlomba-lomba membantu dalam mengatasi asap. Apakah ini dilakukan ketika pusat tidak bertindak? Jawabnya tidak.
Semua pihak yang terkait hanya pasrah tanpa gagasan. Rela menahan diri dalam kepungan asap yang tiap hari kian menebal. Bahkan Tuhan lah yang diminta untuk mengatasi masalah ini, padahal belum ada usaha nyata yang dilakukan untuk mengatasinya. Ya, Gubernur Annas Maamun menyerahkan kepada Tuhan bencana asap yang melanda Riau. Padahal otoritas yang Ia miliki seharusnya mampu menggerakan semua elemen untuk bersama mengatasi asap. Namun hal itu tidak dilakukan karena keburu berpasrah kepada Tuhan.
Dua bulan asap melanda, pemerintah pusat tak juga memberikan signal pertolongan. Klasik, berkata di media, mengumbar janji di media namun ternyata sampai berminggu-minggu juga membiarkan masyarakat tenggelam bersama asap. Mungkin ini cara agar Riau berusaha terlebih dahulu, agar tidak terlihat terlalu lemah. Namun, stakeholder yang menduduki posisi-posisi enak memang lemah, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bahkan harua berebut oksigen yang tinggal satu persen itu dengan enam juta warga Riau lainnya.
Lihat saja ketika SBY langsung turun tangan. Hanya berselang beberapa jam saja Riau langsung diguyur hujan. Hujan terjadi hampir merata pada Jumat malam (13/03) usai presiden menggelar teleconference membahas darurat asap. Modifikasi cuaca langsung dilakukan. Bahkan SBY pun tidak bisa mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II pun harus mendarat ke Bandara Hang Nadim karena hujan lebat mengguyur Bandara ini. Sabtu (15/3/2014) sore, hampir seluruh daerah di Riau sudah mendapatkan hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan memang ada potensi hujan turun di sejumlah wilayah Riau. Menurut pemantauan satelit, ada pertumbuhan awan di Riau bagian barat, timur, dan selatan. "Pada ketinggian 850 MB ada kelembapan, begitu juga pada ketinggian 500 MB masih lembap," kata analis dari BMKG Pekanbaru, Sanya Gautami, di Posko Penanggulangan Bencana Asap, Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Sabtu, 15 Maret 2014.
Berbagai komentar di sosial media kemudian muncul menanggapi hal ini. Tentu saja dikaitkan dengan rencananya kedatangan Presiden SBY. “SBY sesuatu ya, baru rencana datang aja, hujan langsung turun” tulis akun facebook dari Sitty Maryam
Celoteh yang sama juga tertulis di akun twitter @enai_suryati “SBY Mantap, Marahnya bikin Pku Hujan”. @NonickRahawati: Duh sibapak datang, hujan turun, berkah ya pak o:) thanks to Allah.
Benar sekali, ketika otoritas kepemimpinan tertinggi turun langsung, semua stakeholder mau tidak mau berusaha keras mengatasi permasalahan yang ada. Mungkin ini menjadi pelajaran bagi SBY, bahwa kunjungannya ke daerah sebaiknya tidak hanya sebatas menghadiri acara ceremonial saja, namun juga terkait semua permasalahan bangsa. Agar semua bergerak dan tidak lagi berpasrah.***