Keberadaan wisata alam hutang ternyata mampu meningkatkan keberadaan populasi binatang dilindungi. Hal ini terbukti terjadi di wisata alam yang terletak di Indragiri Hulu, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) diketahui berhasil meningkatkan populasi harimau sumatera. Hal ini menjadi kebanggan tersendiri bagi taman nasional yang dibentuk tahun 1995 ini atas upayanya selama ini.
Berdasarkan pada data yang ada, bahwa pada tahun 2012 angka populasi hewan yang dilindungi tersebut hanya berjumlah 25 ekor. Namun, pada tahun 2013 lalu, jumlah hewan karnivora ini mengalami peningkatan menjadi 40 ekor. "Berdasarkan hitungan per triwulan ketiga di tahun 2013 sudah meningkat dari 25 ekor menjadi 40 ekor jumlahnya," ujar humas TNBT Jufri, Jumat (24/1).
Masih menurut Jufri, pemerintah pusat sebelumnya menargetkan kepada TNBT untuk populasi harimau sumatera mencapai 6 persen. Namun, dengan prestasi yang diraih ini, TNBT mendapatkan penghargaan terbaik se-Indonesia dari Kementerian Kehutanan. Untuk penghitungan populasi harimau tersebut sambungnya, pihaknya menggunakan dan memasang kamera trap di sejumlah lokasi lintasan harimau dalam kawasan TNBT. Sehingga jumlah harimau sumatera dapat terpantau melalui perbedaan belang dari setiap hewan pemangsa tersebut.
Sebagaimana diketahui, hewan yang terancam punah ini telah menjadi ikon dari TNBT. ‘’Untuk saat ini TNBT masih fokus dalam perlindungan harimau sumatera. Namun tidak berarti hewan lainnya tidak dilakukan perindungan populasinya,’’ ungkapnya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa, dikawasan TNBT juga memiliki berbagai jenis populasi hewan langka lainnya, seperti siamang, beruang madu, kuaw dan berbagai jenis burung, kancil, tapir dan jutaan flora. Bahkan diantaranya terdapat raflesia hanelti atau biasa disebut raflesia muka harimau. Meskipun demikian, dalam melestarikan keberbagai hewan yang dilindungi itu masih terdapat berbagai masalah yang sering terjadi di TNBT. Di mana, masalah utamanya adalah masih maraknya perambahan hutan. ‘’Meskipun belum dalam jumlah yang besar, namun tentunya dikhawatirkan jika terus terjadi yang pada akhirnya TNBT akan menjadi terganggu,’’ terangnya.
Berdasarkan pada data yang ada, bahwa pada tahun 2012 angka populasi hewan yang dilindungi tersebut hanya berjumlah 25 ekor. Namun, pada tahun 2013 lalu, jumlah hewan karnivora ini mengalami peningkatan menjadi 40 ekor. "Berdasarkan hitungan per triwulan ketiga di tahun 2013 sudah meningkat dari 25 ekor menjadi 40 ekor jumlahnya," ujar humas TNBT Jufri, Jumat (24/1).
Masih menurut Jufri, pemerintah pusat sebelumnya menargetkan kepada TNBT untuk populasi harimau sumatera mencapai 6 persen. Namun, dengan prestasi yang diraih ini, TNBT mendapatkan penghargaan terbaik se-Indonesia dari Kementerian Kehutanan. Untuk penghitungan populasi harimau tersebut sambungnya, pihaknya menggunakan dan memasang kamera trap di sejumlah lokasi lintasan harimau dalam kawasan TNBT. Sehingga jumlah harimau sumatera dapat terpantau melalui perbedaan belang dari setiap hewan pemangsa tersebut.
Sebagaimana diketahui, hewan yang terancam punah ini telah menjadi ikon dari TNBT. ‘’Untuk saat ini TNBT masih fokus dalam perlindungan harimau sumatera. Namun tidak berarti hewan lainnya tidak dilakukan perindungan populasinya,’’ ungkapnya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa, dikawasan TNBT juga memiliki berbagai jenis populasi hewan langka lainnya, seperti siamang, beruang madu, kuaw dan berbagai jenis burung, kancil, tapir dan jutaan flora. Bahkan diantaranya terdapat raflesia hanelti atau biasa disebut raflesia muka harimau. Meskipun demikian, dalam melestarikan keberbagai hewan yang dilindungi itu masih terdapat berbagai masalah yang sering terjadi di TNBT. Di mana, masalah utamanya adalah masih maraknya perambahan hutan. ‘’Meskipun belum dalam jumlah yang besar, namun tentunya dikhawatirkan jika terus terjadi yang pada akhirnya TNBT akan menjadi terganggu,’’ terangnya.