Candi Borobudur merupakan obyek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Pada 1974 tercatat sebanyak 260 ribu wisatawan datang ke candi ini. Sementara 36 ribu diantaranya adalah wisatawan mancanegara. Angka ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 2,5 juta pengunjung setiap tahunnya (80% adalah wisatawan domestik) pada pertengahan 1990-an, sebelum Krisis finansial Asia 1997.
Secara history, Borobudur dibangun oleh oleh Raja Samaratungga salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, yang merupakan keturunan Wangsa Syailendra pada 800-an Masehi. Keberadaan candi ini mulai disadari sejak ditemukan Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814. Saat itu Ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
Candi yang bebentuk punden berundak ini terdiri dari 10 tingkat ini memiliki tinggi 34,5 meter. Di dalamnya terdapat 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha. Pada setiap tingkat memiliki relief—relief yang indah yang bercerita tentang kisah yang terjadi pada saat itu. seperti kisah Ramayana, aktivitas pertanian, serta pelayaran yang tergambar sangat indah, bahkan dianggap sebagai yang paling elegan dan anggun dalam kesenian dunia Buddha. Keseluruhan relief di candi ini mencerminkan ajaran sang Budha. Tidak heran jika candi ini dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahunnya umat Buddha baik dari Indonesia dan mancanegara datang berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Candi ini terbilang unik, mengingat dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang telah mengering. Kalangan arkeolog mengatakan bahwa Borobudur dibangun di tengah danau dan melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Bentuk arsitektur Borobudur sendiri memang menyerupai bunga teratai.
Sementara postur Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia Timur). Namun hal ini dibantah pasalnya pada daratan di sekitar monumen ditemukan bukti-bukti. Borobudur juga tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lainnya. Hanya lorong-lorong panjang yang menjadi jalan sempitdan dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Candi ini dilengkapi dengan sistem drainase yang cukup baik karena 100 pancuran terpasang disetiap sudut untuk mencegak banjir. Masing-masing pancuran memiliki bentuk rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa kala atau makara.
Keunikan dengan segala misteri yang ada semakin menambah rasa penasaran orang ingin mengunjungi tempat ini. Selain menikmati candinya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo, melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa mengunjungi puncak Kendil untuk melihat Borobudur dari sisi yang berbeda.