Cerita Rakyat Melayu Riau: Putra Lokan
Cerita Rakyat Melayu Riau Putra Lokan merupakan kisah yang terjadi di daerah Bintan Kepulauan Riau. Berikut ini ringkasan cerita rakyat tersebut:Pada zaman dahulu, di daerah hulu Sungai Bintan, tinggal lah seorang raja yang memerintah sebuah kerajaan dengan sangat adil. Raja memiliki seorang permaisuri, akan tetapi mereka tidak juga dikaruniai seorang anak pun. Raja dan permaisuri sangat sedih, mereka sangat ingin memiliki seorang anak. Suatu ketika raja mengajak permaisuri berjalan di sekitar Sungai Bintan. Tiba-tiba saja pada saat itu permaisuri terjatuh pingsan tanpa diketahui penyebabnya. Raja kemudian menjadi sangat panik. Tabib kerajaan pun dipanggil untuk menyembuhkan sang permaisuri. Akan tetapi di luar dugaan, sang tabib tidak bisa menyembuhkan permaisuri. Alasannya ternyata karena permaisuri sedang hamil alias berbadan dua. Raja sangat senang pada saat itu, dan seluruh rakyat kerajaan pun turut bersuka cita menyambut kelahiran penerus kerajaan.
Saat untuk melahirkan pun tiba. Sang permaisuri pun melahirkan, namun betapa terkejutnya sang raja karena sang permaisuri tidak melahirkan seorang bayi manusia melainkan seekor lokan. Raja sangat malu dan menganggap hal tersebut sebagai aib kerajaan. Raja sangat bingung apa yang akan dilakukan terhadap istri dan anaknya. Pada saat kebingungan tersebut, seorang bendahara kerajaan yang berniat jahat kepada raja pun menyarankan saran yang buruk kepada raja. Ia mengusulkan agar permaisuri dan anaknya dibuang saja ke dalam hutan agar tidak menyebabkan rasa malu bagi raja dan pihak kerajaan. Raja yang pada saat itu masih bingung langsung menyetujui saran dari bendahara kerajaan yang jahat tersebut.
Setibanya di tengah hutan, permaisuri bingung, takut dan sedih. Ia tidak tahu harus pergi kemana. Pada saat itulah ia bertemu dengan seorang nenek bernama Nenek Kebayan. Ia pun tinggal bersama nenek tersebut. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang sempit dan kecil di tengah hutan. Setelah 18 tahun kemudian, lokan pun berkembang sesuai dengan usianya. Tiba-tiba di suatu malam pada saat bulan purnam, muncul seorang pemuda yang sangat tampan dari dalam kolam tempat lokan tersebut hidup. Pemuda itu mengaku bahwa dia adalah putra lokan, anak dari permaisuri yang selama 18 tahun ini berada di dalam lokan tersebut. Alangkah gembiranya hati sang permaisuri melihat putranya kini menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan.
Tak lama kemudian, Putra Lokan dan ibunya berangkat menuju kerajaan. Mereka ingin bertemu dengan sang raja dan melihat-lihat suasana kerajaan yang sekarang. Putra Lokan dan ibunya tinggal di pinggiran kota. Putra Lokan menyamar menjadi seorang pedagang keliling agar bisa secara bebas melihat-lihat kondisi istana tanpa dicurigai. Dari hasil penyamaran tersebut, diketahui bahwa ternyata sekarang sang raja tidak memerintah lagi. Ia ditawan oleh bendaharanya yang jahat di sebuah sumur beracun. Putra Lokan menyampaikan hal tersebut kepada ibunya. Mereka pun lalu merancang strategi untuk melakukan penyerangan terhadap bendahara kerajaan.
Setelah merancang strategi yang cukup bagus, Putra Lokan dan ibunya pun melakukan penyerangan terhadap bendahara kerajaan. Berkat usahanya yang gigih tersebut, Putra Lokan dan ibunya pun berhasil membebaskan raja dari sumur beracun. Raja merasa sangat berhutang budi kepada Putra Lokan, ia pun heran dan menanyakan siapa sebenarnya Putra Lokan tersebut.
“Siapakah sebenarnya Engkau wahai anak muda?”
“Aku bukan siapa-siapa. Biarlah nanti ibuku yang akan menjawab siapa diriku sebenarnya. Sebentar lagi ibuku akan datang kemari.” Sahut Putra Lokan. Tak lama kemudian, ibu Putra Lokan pun datang. Raja terkejut melihat wanita yang datang tersebut adalah permaisurinya yang pernah ia buang ke hutan dulu. Akhirnya permaisuri pun menjelaskan siapa sebenarnya pemuda di hadapan sang raja yang sudah menolongnya tersebut. Alangkah bahagianya sang raja.
Ia pun menyesal telah membuat dan mengasingkan anak istrinya ke tengah hutan akibat hasutan dari bendaharanya yang jahat. Raja meminta maaf atas kesalahannya tersebut. Permasuri dan Putra Lokan pun memaafkan kesalahan sang raja. Mereka kemudian kembali hidup bersama dan bahagia.