Kampar, Driau.com -- Gelombang samudera membawa cuaca ekstrim, yakni puting beliung yang menyapu 22 bangunan di Desa RW 4, Dusun Dua Perupuk, Desa Kampung Pinang, Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar, kejadian Ahad (11/8) sekitar pukul 18.15 WIB malam lalu.
Sebanyak 21 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 78 jiwa merasakan dampak dahsyatnya angin puting beliung tersebut. Bangunan yang rusak terdiri dari empat rumah rusak berat, satu masjid dan satu gedung pemuda rusak sedang. Sisanya adalah rumah warga yang mengalami rusak ringan.
Menurut informasi yang diterima, petaka itu berawal dari petir dan hujan yang mengejutkan warga.
Tak hanya menimbulkan suara gemuruh, angin juga menerbangkan atap rumah penduduk dan merubuhkan beberapa dinding rumah warga.
riaupos.co.id
Sementara itu, ratusan pohon milik warga desa seperti pohon durian, manggis, kelapa karet bertumbangan menimpa jaringan listrik hingga menyebabkan aliran listrik mati total.
‘’Kejadiaannya hanya sekitar 15 menit saja, tapi dampaknya luar biasa,’’ ujar Ketua RW 4 Zainal Abidin yang dilansir Riau Pos Ahad (11/8) malam.
Diceritakannya, kejadian ini berlangsung sekitar pukul 18.15 WIB, di saat warga bersiap melaksnakan Salat Magrib. Diawali angin kencang dan suara bergemuruh diiringi hujan gerimis. ‘’Hujannya tak terlalu lebat, tapi suara deru angin yang kuat,’’ kata Zainal.
Empat rumah diidentifikasikan rusak parah, yaitu milik keluarga Amrizal (60), keluarga Yusni (30), keluarga Basiran (38), dan keluarga Eson (40).
Empat keluarga tersebut akhirnya diungsikan ke rumah tetangga dan keluarga mereka yang lain. Setelah didata, diketahui bukan hanya rumah yang rusak, tapi juga tanaman warga seperti karet. Karena di wilayah itu ada perkebunan karet milik warga, kelapa, manggis dan durian.
‘’Ada sekitar 150 batang pohon yang tumbang, dan menimpa jaringan listrik hingga aliran listrik mati total,’’ ujarnya, Ahad (11/8) malam lalu.
Menurut Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar Ali Azibar yang didampingi Camat Perhentian Raja Khuzairi, angin kencang telah menerjang 22 rumah. Empat rumah di antaranya rusak parah karena selain atapnya yang beterbangan, dinding rumah juga rubuh.
Warga yang mendiami rumah tersebut segera lari keluar menyelamatkan diri. ‘’Kerugian masih dihitung,’’ tutur Ali Azibar, Senin (12/8) saat meninjau lokasi.
Menurut Ali, para korban memilih mengungsi ke rumah sanak keluarga. Pihak BPDB, kata Ali sudah mencoba memfasilitasi pendirian tenda darurat. ‘’Tapi mereka tak mau, dan lebih memilih mengungsi ke rumah keluarga,’’ imbuhnya.
Sementaraa Kepala Desa Kampung Pinang, Zulkifli kepada Riau Pos menjelaskan, aparatur desa dan masyarakat saat ini berusaha membantu semampunya, baik kepada korban maupun ikut membantu membersihkan pepohonan yang tumbang. ‘’Karena gelap dan listrik mati, maka agak sulit,’’ ujarnya.
Anggota Badan Perwakilan Daerah (BPD) Dr Hj Maimanah Umar yang meninjau lokasi kejadian meminta pemerintah daerah segera mengambil langkah cepat.
Maimanah sangat prihatin dengan kondisi tersebut. ‘’Ini ujian. Ujian ini jika kita terima dengan lapang dada, maka akan bernilai ibadah bagi kita,’’ pesan Maimanah kepada para korban.(RP)