Gemintang Penabur Matahari (GPM) merupakan nama “geng” siswa sekolah dasar (SD). Geng tersebut terdiri atas enam orang bersahabat yakni Dina Aprilia Ardaini (Dina), Sinta Arnindi (Nindi), Amanda Rosliana (Liana), Bella Marlinda (Bella), Mila Samarinda (Mila), dan Vely Salsabila Joanda (Vely). Kesemu anggota geng tersebut adalah putri. Mereka bersekolah di SD Bestari Permai Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Mereka duduk di kelas 6B, kecuali Vely yang duduk di kelas 6A. Keenam siswa tersebut sangat baik hati, rajin belajar dan bekerja, cerdas, kreatif, periang, dan tentu saja wajah mereka semua cantik-cantik.
GPM bercerita tentang indahnya persahabatan di usia anak-anak, dengan latar keluarga kelas menengah perkotaan. Tak hanya itu, tema cinta kasih begitu ketara di antara anak-anak dengan orang tuanya secara timbal-balik, di antara siswa dan gurunya, di antara anak-anak dan pembantu rumah tangganya, di antara adik-beradik, dan sebagainya. Juga cita-cita anak-anak untuk membangun masa depannya. Walau hidup berkecukupan dan kedua orang tuanya bekerja, Dina (tokoh utama) sangat bahagia karena ibunya menyempatkan diri untuk memasak dan kebiasaan keluarga untuk makan bersama di rumah. Si anak pun begitu bahagia dapat membantu ibu dan pembantunya bekerja di dapur. Dapur yang nyaris tak ada di dalam film dan sinetron kita, begitu mengemuka di dalam GPM. Si anak pun begitu bahagia dapat belajar bersama-sama dengan teman-temannya di rumah.
Kisah yang disajikan dalam novel ini sangat inspiratif dan edukatif. Dengan kita membaca novel ini, kitan menjadi paham dan memperoleh gambaran bagaimana sebenarnya kehidupan anak-anak, apa yang mereka pikirkan serta kehidupan ideal seperti apa yang mereka inginkan. Sudut pandang anak-anak di dalam novel ini menjadi lebih sempurna karena ditulis langsung oleh seorang penulis anak-anak. Berbeda dengan kebanyakan novel anak lainnya yang rata-rata ditulis oleh orang dewasa sehingga kurang begitu jujur dan mengena di hati para pembaca anak.
Penulis cilik novel ini memiliki kepiawaian berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Berbeda dengan kebanyakan anak-anak yang suka terjebak dengan penggunaan bahasa gaul. Anak berusia 11 tahun tersebut nyaris sempurna menyajikan rangkaian kalimat-kalimat di dalam novelnya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berikut ini kutipan yang bisa kita lihat dari karya novel tersebut:
“Akhirnya, aku dan kedua Kakakku beserta keempat sahabatku langsung pergi menuju lantai atas. Di sana kami melihat bintang di langit bening tak berawan. Di antara gemintang itu, ada yang paling terang cahayanya. Sementara bulan, terlihat masih belum penuh. Dan, ketika kami lagi asyik memperhatikan bintang-bintang itu, maka tiba-tiba terlihat ada tiga bintang jatuh. Cahayanya meluncur dari langit begitu laju. Melihat itu, maka kami pun langsung menyebutkan permintaan di hati kami. Pecahlah tawa kami semua.” (GPM, hlm. 113—114).
“Kami saling (ber)cerita (tentang) kegiatan kami masing-masing. Satu yang pasti, sekarang kami setia melakukan kegiatan kami seperti dulu, menolong orang, dan lain-lain demi kebaikan… kami berkata: GEMINTANG PENABUR MATAHARI! Seperti dulu lagi. Gapai prestasi, buat bakti bagi negeri dengan sepenuh hati!” (GPM, hlm. 211).
Tiara Ayu Karmita merupakan putri Drs. Abdul Kadir Ibrahim, M.T. dan Ermita Thaib, S.Ag. Ayahnya yang akrab disapa dengan Akib. Beliau adalah seorang sastrawan ternama dan banyak menghasilkan karya, baik puisi maupun prosa. Nampaknya, bakat menulis Tiara turun dari ayahnya tersebut. Terlepas dari itu, Tiara memang sangat rajin membaca buku sehingga pengetahuannya cukup banyak. Hal itu terlihat nyata dari kualitas karya yang dihasilkannya.