Setelah dibekali dengan berbagai makanan dan kue-kue selama satu minggu, pagi-pagi sekali Pak Ande pun berangkat ke pelabuhan untuk mulai bekerja di kapal. Istrinya yang mengantarkannya bersama anaknya pulang dan tidur kembali karena hari masih sangat pagi. Karena malas, rupanya Pak Ande tak jadi ke pelabuhan. Ia pulang lagi ke rumah dengan mengendap-endap takut ketahuan oleh istrinya. Ia berjalan sembunyi-sembunyi dan menaiki para rumah. Selama tujuh hari lamanya Pak Ande berada di para rumah sambil memakan perbekalan yang ia bawa tersebut.
Pada waktu tidur tikus-tikus mendatangi Pak Ande karena bau kue yang tersisa di bibir Pak Ande. Tikus-tikus itu menggigit bibir Pak Ande sedikit demi sedikit sehinggalah habis bibir Pak Ande. Pak Ande sebetulnya sangat kesakitan, akan tetapi dia tak berani menjerit karena takut pada istrinya. Sebetulnya, dia ingin sekali memukul tikus-tikus itu, tetapi dia takut terdengar istrinya pula. Akhirnya dia rela kehilangan bibirnya.
Karena sudah seminggu lamanya kapal yang berlabuh ke kampung pergi berlayar, maka tibalah saatnya kini kapal itu akan kembali ke kampung. Istri Pak Ande dan anaknya pun bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Pak Ande. Istri Pak Ande membersihkan seluruh rumah, termasuk juga para di dapur. Alangkah terkejutnya istri Pak Ande melihat suaminya yang tengah bersembunyi di balik para tersebut. Wajah Pak Ande hitam karena asap dapur. Dengan muka yang pucat ketakutan, Pak Ande pun turun. Istrinya sangat marah karena ditipu, tetapi anaknya malah ketakutan karena melihat wajah Pak Ande yang tidak berbibir.
Karena saking marahnya, istri Pak Ande dan anaknya pun pergi dari rumah. Namun Pak Ande tetap juga pergi menyusul keduanya. Setelah perjalanan yang jauh, Mak Ande dan anaknya merasa kehausan. Akan tetapi ia tak bisa memanjat pohon kelapa untuk mengambil buahnya. Maka pada saat itulah ia memanggil suaminya untuk kemudian meminta tolong dipanjatkan dan dipetikkan buah kelapa. Setelah meminum air buah kelapa, mereka masih saja haus dan lapar.
Tibalah Pak Ande dan keluarganya di hutan. Mereka mendengar ada suara orang yang sedang makan dengan sangat kuat. Setelah diintip, ternyata yang sedang makan itu adalah sepasang gergasi. Mereka terpaksa tetap berdiam diri dan bersembunyi karena merasa takut. Akan tetapi anak dari Pak Ande tak bisa lagi menahan rasa lapar yang ia rasakan. Ia pun berteriak kuat minta makan kepada kedua orang tuanya. Mendengar suara teriakan anak tersebut, sepasang gergasi merasa sangat marah, mereka mendekati Pak Ande dan keluarganya dan bersiap untuk memakan mereka. Akan tetapi, setelah mendekat, sepasang gergasi tak jadi memakan Pak Ande sekeluarga. Rupanya gergasi tersebut ketakutan melihat wajah Pak Ande yang tak punya bibir. Kedua gergasi itu pun lari tunggang langgang meninggalkan sarang mereka.
Setelah kedua gergasi tersebut pergi dan tak kelihatan lagi, barulah Pak Ande dan keluarganya berani mendekati sarang gergasi tersebut. Alangkah terkejutnya Pak Ande dan istrinya melihat di dalam sarang gergasi tersebut terdapat sangat banyak emas dan berlian. Mereka pun sangat senang menemukan benda-benda tersebut. Akhirnya, sejak saat itulah kehidupan keluarga Pak Ande berubah. Ia menjadi keluarga yang kaya raya di kampungnya. Namun tetap saja perangai bodoh yang dimilikinya tak bisa hilang.