Driau.com -- Puasa memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan, salah satunya mengistirahatkan saluran cerna serta proses detoksifikasi. Kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk mencegah kerusakan saraf.
Kerusakan saraf atau neuropati dialami oleh 1 dari 4 orang berusia 40 tahun ke atas, terutama pada mereka yang menderita penyakit diabetes.
"Neuropati ditandai dengan gejala seperti kram dan kesemutan," kata Dr.Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, dalam acara yang diadakan oleh Merck Indonesia di Jakarta (17/7/13).
Gejala neuropati lainnya seperti rasa baal, nyeri, pegal-pegal, terutama di bagian kaki, rasa terbakar, rambut rontok, serta kelemahan tubuh dan anggota gerak.
Manfaluthy menjelaskan, saat berpuasa tubuh mendapat kesempatan detoksifikasi. Selain itu, pengalihan sumber energi dari glukosa menjadi penggunaan lemak sangat membantu pencegahan kerusakan saraf.
"Hasil metabolisme glukosa punya efek buruk pada saraf dan otot. Saat berpuasa, asupan makanan kita berkurang sehingga sumber energi banyak diambil dari cadangan lemak. Sisa metabolisme lemak tidak seburuk glukosa," paparnya.
Kerusakan saraf membutuhkan proses perbaikan bertahun-tahun karena sel saraf tidak mudah beregenerasi. "Jadi manfaatkan momen puasa ini sebaik-baiknya," kata dokter yang menjadi konsultan neurologi dari Departemen Neurologi RSCM Jakarta ini.
Neuropati juga bisa dicegah melalui pola makan yang baik. Asupan makanan yang mengandung vitamin B sangat baik untuk kesehatan saraf.
Vitamin B bisa didapatkan dari berbagai sumber makanan seperti beras yang masih mengandung kulit ari, daging, buah-buahan, serta sayuran. Jika pola makan buruk, disarankan mengonsumsi suplemen vitamin neurotropik. (Healthy.co)