Pertumpahan darah tersebut memperdalam krisis politik di Mesir, meningkatkan pertikaian antara militer yang menggulingkan Mursi, Rabu lalu, 3 Juli 2013, dengan Al-Ikhwan al-Muslimun yang menyatakan tindakan itu sebagai kudeta.
Militer menyatakan kelompok teroris berusaha menyerbu kompleks Garda Republika. Seorang tentara tewas dan 40-an luka-luka. Kata sumber militer, tentara membalas tembakan saat diserang kelompok bersenjata.
Juru bicara Al-Ikhwan al-Muslimun, Gehad El-Haddad, yang sedang berada di tengah aksi duduk demonstran pro-Mursi di masjid tempat kejadian, menyatakan 42 pendukung Mursi tewas. Angka itu meningkat dari klaim sebelumnya, yakni 15 orang. Kementerian Kesehatan Mesir mengumumkan korban tewas 35 orang.
Dia menyatakan penembakan terjadi Senin subuh, 8 Juli 2013, saat umat Islam sembahyang dan menggelar aksi demo damai di luar barak Garda Republika.
“Kami mengimbau seluruh patriotik Mesir bergabung dengan kami untuk mempertahankan negara dari konspirasi pengkhianat kudeta militer,” katanya di Twitter.
Stasiun televisi Al Jazeera Mesir menayangkan gambar bagaimana lima orang tewas dalam kekerasan. Tampak petugas kesehatan berusaha membangunkan pria yang pingsan dengan pengejut jantung di klinik sementara dekat aksi demo pro-Mursi.
Kantor berita Reuters menyaksikan sukarelawan berusaha memberikan pernapasan buatan kepada korban yang sekarat. Sedangkan korban cedera dilarikan ke rumah sakit dengan sepeda motor dan diberikan pertolongan pertama sebelum dibawa dengan ambulans.
Dalam perkembangan lain, partai islamis ultra konservatif, Partai Nour, yang awalnya mendukung intervensi militer, menyatakan mundur dari negosiasi pembentukan pemerintah sementara untuk transisi persiapan pemilihan umum.
Militer menumbangkan Mursi setelah aksi demonstrasi besar-besaran, yang dipimpin aktivis pro-demokrasi, menuntut pengunduran dirinya. Al-Ikhwan al-Muslimun berkeras menyebut intervensi militer sebagai kudeta dan bertekad untuk melawan secara damai. (Reuters)